Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat BUMN Universitas Indonesia Toto Pranoto optimis terkait rencana penggabungan BUMN penerbangan dengan pariwisata.
Konsep tersebut dinilai sesuai dengan skema subholding yang menyatukan industri hulu dan hilir. Hal itu diyakini akan mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
"Dengan konsep subholding tersebut, maka penawaran pariwisata pasca Covid-19 bisa diintegrasikan," ujar Toto saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (6/8).
Baca Juga: Sama-sama tertekan corona, Jokowi buka opsi gabungkan BUMN pariwisata dan penerbangan
Penggabungan BUMN tersebut akan mampu melahirkan paket wisata yang kompetitif. Toto bilang industri pariwisata didukung oleh tiga faktor utama yakni atraksi, fasilitas, dan akses.
Manajemen yang bergabung tersebut akan membuat paket wisata dengan menggabungkan tiga faktor tersebut. Tempat wisata yang atraktif, akomodasi hotel yang menarik, dan tarif pesawat yang kompetitif.
"Ketiga hal ini akan diintegrasikan kalau ide penggabungan pariwisata dan airlines terwujud," terang Toto.
Adanya paket tersebut dinilai akan meningkatkan data saing pariwisata Indonesia. Di tengah pandemi Covid-19, pariwisata sebagai penyumbang devisa yang besar dapat cepat pulih.
Baca Juga: Porak-poranda Industri Pariwisata karena Corona
Sebelumnya Presiden Joko Widodo memunculkan opsi penggabungan dua sektor BUMN tersebut sebagai langkah pembenahan pariwisata Indonesia. Dalam kuartal kedua tahun 2020 jumlah wisatawan mancanegara Indonesia anjlok.
Jokowi menyampaikan angka wisatawan mancanegara pada kuartal II tahun 2020 sebanyak 482.000. Angka tersebut menunjukkan penurunan 87% dibandingkan tahun 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News