kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

JK: Swasembada beras bukan pekerjaan berat


Jumat, 20 Maret 2015 / 16:17 WIB
JK: Swasembada beras bukan pekerjaan berat
ILUSTRASI. Perkantoran dan apartemen South Quarter yang dikembangkan Intiland di Jakarta Selatan.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA.  Wakil Presiden Jusuf Kalla optimis Indonesia bisa mencapai target swasembada beras dalam waktu dekat. Ia mengatakan, untuk mencapai target swasembada bukan pekerjaan yang berat jika pemerintah memperbaiki distribusi bibit dan pupuk.

"Ya tergantung upaya kita. Kan butuh waktu untuk memperbaiki pengairan, mengatur pupuk lebih baik. Jadi sebetulnya bisa tahun ini, bisa," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Jumat (20/3).

Hari ini, pemerintah melakukan verifikasi ulang data mengenai konsumsi beras per kapita per tahun. Dari hasil verifikasi ulang disimpulkan bahwa angka konsumsi beras per kapita per tahun sebesar 114 Kilogram atau 28 juta ton per tahun untuk skala nasional. Angka ini sesuai dengan data Badan Pusat Statistik yang digabungkan dengan data rumah tangga, data rumah makan, dan Kementerian Perdagangan.

"Setelah kita diskusikan dan lihat sendiri ternyata yang mendekati hanya data BPS awal, data BPS rumah tangga plus berapa kue, berapa hotel, berapa katering sehingga mencapai kira 116 Kilogram per tahun. Itu datanya kira-kira yang benar. Bukan 150, 130 tapi 114 per tahun," ucap Kalla.

Wapres juga optimis jika Indonesia nantinya tidak lagi mengimpor beras, asalkan proses produksi terus berjalan lancar. Menurut Kalla, selama ini produksi beras kurang maksimal karena adanya sejumlah permasalahan. "Mungkin luasan sawah tidak banyak efektif lagi selama ini," kata dia.

Selama angka produksi masih kurang dari angka konsumsi beras, Indonesia akan terus mengimpor beras. Apalagi, menurut Kalla, angka konsumsi beras Indonesia cenderung lebih tinggi dibandingkan negara lain di Asia.

"Rata-rata Asia itu hanya 90 kilogram, kita sudah 110, lebih tinggi dari rata-rata Asia. Malaysia cuma 90, India lebih rendah lagi, Jepang lebih rendah lagi, tetapi kita tidak pakai itu karena itu kalau ditambah-tambahi termasuk kue yang kau makan, mihun dan sebagainya, itu hanya kira-kira 114," ucap dia. (Icha Rastika)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×