Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Ekonom Tony Prasetyantono, menuturkan Bank Indonesia (BI) harus menaikan BI rate jika memang pencabutan stimulus jadi dilakukan The Fed dalam rapat Federal Office Meeting Commite (FOMC) pada pekan depan.
"Jika The Fed mencabut stimulus, maka BI harus menaikan BI rate mungkin menjadi 7,5-8 persen sampai dengan akhir tahun," katanya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (16/9/2013)
Tony menambahkan, kenaikan BI rate merupakan langkah BI untuk menarik aliran dana asing ke Indonesia. Setelah stimulus The Fed lari ke negara asalnya, maka aliran dana itu akan kembali lagi ke indonesia.
"Jika rupiah menguat, maka dana asing akan kembali lagi ke indonesia, mungkin tidak sebanyak dulu. Tetapi mereka akan kembali lagi karena yieldnya masih tinggi," katanya.
Kenaikan BI rate akan menaikan nilai tukar rupiah, karena semakin menariknya investasi porfolio dengan mata uang rupiah di indonesia. Rupiah akan menguat di kisaran Rp 11.000 sampai dengan akhir tahun.
"Penguatan rupiah dibayang-bayangi dengan neraca berjalan yang masih tinggi akibat struktural masih lemah, namun investor bisa kembali lagi dengan melihat estimasinya setelah tapping off itu selesai," katanya.
Sebagai informasi BI rate sudah menaik ketiga kalinya pada tahun ini. Terakhir BI menaikan BI rate menjadi 25 bps menjadi 7,25 persen. Kenaikan itu untuk memperkuat nilai tukar rupiah dan memperlambat laju pertumbuhan pada tahun ini. (Tribunnews)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News