Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, inflasi domestik ke depan bisa berpotensi menembus level 4% year on year (yoy) pada akhir 2022 apabila pemerintah melakukan penyesuaian terhadap beberapa harga barang diatur Pemerintah seperti harga Pertalite, gas LPG 3kg dan tarif listrik.
Oleh sebab itu, Josua mengatakan, pemerintah dan bank Indonesia (BI) perlu memperkuat koordinasi dan komunikasi terutama terkait dengan rencana penyesuaian harga yang diatur pemerintah, sehingga BI dapat menyiapkan bauran kebijakan moneter dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi tahun ini.
Selain itu, kata Josua, pemerintah juga perlu mendorong stabilitasasi harga pangan dengan mematikan pasokannya terutama harga minyak goreng yang diupayakan oleh pemerintah dengan pelarangan ekspor Crude Palm Oil (CPO).
“Dengan stabilisasi inflasi harga pangan, diharapkan tekanan inflasi tidak meningkat signifikan dan ekspektasi inflasi dapat terjangkar,” tutur Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (9/5).
Baca Juga: BPS Sebut Perekonomian Indonesia Telah Kembali ke Level Pra Covid-19
Adapun, inflasi bulan April 2022 tercatat sebesar 0,95% mtm atau 3,47% yoy, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 2,64 %yoy.
Peningkatan inflasi April ini didorong oleh seluruh komponen inflasi baik inflasi inti, harga bergejolak dan harga yang diatur pemerintah. Kenaikan inflasi harga bergejolak sejalan dengan kenaikan harga komoditas pangan terutama pada bulan Ramadhan dan jelang Idul Fitri dimana beberapa komoditas pangan yang mendorong inflasi antara lain daging ayam, daging sapi, telur ayam, minyak goreng, bawang putih, gula.
Sementara itu, terdapat beberapa komoditas pangan yang mengalami penurunan harga seperti bawang merah, cabai merah dan cabai rawit yang membatasi kenaikan inflasi harga bergejolak.
Selain inflasi harga bergejolak, kenaikan inflasi harga diatur pemerintah akan didorong oleh kenaikan harga Pertamax serta kenaikan tarif transportasi udara sejalan dengan permintaan yang meningkat dalam rangka mudik.
Kemudian, inflasi inti pada bulan April juga diperkirakan akan meningkat 2,6% yoy dari bulan sebelumnya 2,37% yoy, sejalan dengan peningkatan konsumsi domestik pada bulan Ramadhan.
Penyumbang lainnya, dikarenakan adanya kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berkontribusi pada kenaikan inflasi bulan April.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News