kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45889,70   15,31   1.75%
  • EMAS1.360.000 0,74%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jemaah Haji Diminta Waspada Terhadap Penularan MERS-COV, Ini Upaya Pencegahannya


Kamis, 16 Mei 2024 / 22:55 WIB
 Jemaah Haji Diminta Waspada Terhadap Penularan MERS-COV, Ini Upaya Pencegahannya
ILUSTRASI. Jemaah haji Indonesia perlu mewaspadai penularan MERS-CoV. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/Spt.


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jemaah haji Indonesia perlu mewaspadai penularan Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East respiratory syndrome/MERS), yang disebabkan oleh Middle East respiratory syndrome Coronavirus (MERS-CoV). MERS-CoV telah diidentifikasi dan dikaitkan dengan infeksi manusia dari unta tunggangan di beberapa negara Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan.

Sebagian besar kasus konfirmasi MERS mengalami sindrom saluran pernapasan akut yang berat. Gejala awal yang paling sering ditemukan, yaitu demam, batuk, dan sesak napas. Beberapa kasus juga bergejala diare dan mual atau muntah. Selain itu, komplikasi parah yang terjadi dapat berupa pneumonia dan gagal ginjal.

Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M menyampaikan, jemaah haji yang merasa demam atau tidak enak badan harus melaporkan kondisinya kepada Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).

“Semua penyakit menular karena virus dan bakteri pada umumnya didahului dengan demam. Hal yang sangat penting, dan ini juga sudah kita sampaikan kepada jemaah haji kita, kalau nanti di sana ada yang mulai tidak enak badan, mulai meriang, harus segera lapor ke TKHI-nya di kloter untuk mendapatkan pemeriksaan dan diobati lebih lanjut,” pesan Farchanny, Selasa (14/5/2024).

Baca Juga: Jemaah Haji yang Wafat Akan Dibadalhajikan dan Mendapat Asuransi

“Kalau memang nanti setelah pemeriksaan oleh TKHI-nya, jemaah harus diperiksa lebih lanjut, tentunya akan dibawa ke Pusat Kesehatan Haji di sana. Kalau di Pusat Kesehatan Haji di Makkah dan Madinah setelah diperiksa, ternyata harus ditangani lebih lanjut lagi, maka jemaah akan dikirim ke rumah sakit,” tambahnya.

Ketika jemaah haji diperiksa oleh petugas kesehatan atau dokter, pertanyaan yang akan digali lebih dalam meliputi riwayat kontak jemaah dengan unta serta riwayat konsumsi produk-produk dari unta.

“Kemudian digali, riwayat kegiatan jemaah haji kita ini, pernah jalan-jalan ke peternakan unta di sana atau tidak. Kalau itu ada, sudah menjadi indikasi kuat untuk pengawasan dan pemeriksaan lebih lanjut. Artinya, harus dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan PCR dan lain-lain dan harus (dilakukan) di rumah sakit,” terang Farchanny.

Potensi penularan MERS-CoV, lanjut Farchanny, terutama adalah penularan dari hewan pembawa virus ke manusia. Akan tetapi, ada kemungkinan penularan dari manusia ke manusia.

“Kriterianya bisa terjadi penularan dari manusia ke manusia untuk MERS-CoV ini adalah yang pertama ketika terjadi kontak erat antara pasien dengan anggota keluarganya di rumah. Kedua, adanya kontak erat si pasien dengan petugas kesehatan di rumah sakit atau di fasyankes,” katanya.

“Walaupun potensi penularan dari manusia ke manusia itu tetap terbuka, ya, ketika dia sedang jalan-jalan ke pasar atau melaksanakan ibadah di Masjidil Haram, di Masjid Nabawi. Penularan antar-manusia lewat droplet, ya, dari seseorang bicara, kemudian droplet-nya menyentuh ke orang yang sehat. MERS-CoV sangat berpotensi kena apabila terjadi kontak erat yang lama,” ujarnya.

Baca Juga: Sebanyak 31.255 Jemaah Haji Indonesia Sudah Berada di Madinah

Hindari Kontak dengan Unta

Menilik potensi penularan MERS-CoV, Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Farchanny mengimbau agar para jemaah haji senantiasa melakukan pencegahan. Pertama, selalu memakai masker ketika berada di tempat-tempat keramaian.

Kedua, selalu menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), terutama cuci tangan pakai sabun atau memakai penyanitasi tangan (hand sanitizer). Ketiga, hindari kontak dengan unta.

“Jangan sering jalan-jalan di sana, ke pasar cari oleh-oleh, apalagi kalau jalan-jalannya ke peternakan unta. Fokuslah dengan ibadahnya, ke Masjid Nabawi atau ke Masjidil Haram untuk ibadah,” pesan Farchanny.

“Kemudian hindari mengonsumsi produk-produk unta secara mentah. Susu unta banyak di sana. Boleh minum susu, tapi harus sudah dimasak. Makan daging unta, sate unta ya boleh, tapi sudah dimasak dengan matang,” katanya.

Jika terlanjur berkontak dengan unta, misalnya berfoto naik unta dan bersentuhan langsung dengan badan unta, segera bersihkan tangan dengan penyanitasi tangan atau cuci tangan pakai sabun.

“Selain itu, tetap jaga kondisi fisik, karena ibadah haji, ibadah fisik di sana. Jangan lupa istirahat yang cukup, jangan diforsir untuk jalan-jalan. MERS-CoV itu virus, kalau daya tahan tubuh kita bagus, potensi penularannya akan kecil,” ucap Farchanny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×