Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, biaya logistik harus ditekan, proyek infrastruktur yang mahal namun terlepas dari agenda ekonomi lainnya, seperti yang terjadi dalam 10 tahun ini, harus diakhiri. Pastikan proyek-proyek tersebut terintegrasi dengan agenda utama perekonomian nasional.
"Regulasi tumpang tindih dan birokrasi berbelit harus diakhiri," tegasnya.
Ketiga, hentikan deindustrialisasi dini, dengan memberikan insentif yang memadai bagi sektor manufaktur. Selama ini mereka cenderung dianaktirikan, terutama jika dibandingkan dengan sektor SDA (sumber daya alam), khususnya nikel.
Baca Juga: Modal Penting Keluar dari Middle Income Trap
Keempat, pengembangan Sumber Daya Manusia perlu mendapat perhatian utama. Ajaran di sekolah formal harus sesuai dengan kebutuhan dunia baru, salah satunya dengan mendorong kolaborasi dunia usaha dan dunia pendidikan. Kemudian, korporasi diberi insentif untuk memprioritaskan training bagi para karyawannya.
Kelima, korupsi masif yang hampir terjadi setiap lini aktifitas ekonomi harus ditekan.
"Ini seperti kolesterol yang menumpuk dalam urat darah ekonomi kita. Jika tidak dicarikan solusi, ekonomi kita bisa stroke atau kena serangan jantung," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, menurut laporan Bank Dunia bertajuk World Development Report 2024: The Middle Income Trap, Indonesia sendiri memang masuk kategori upper middle income country atau negara berpendapatan menengah-atas.
Baca Juga: Keluar dari Middle Income Trap, Sri Mulyani: Infrastruktur Jadi Komponen Penting
Dilaporkan pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita Indonesia mencapai US$ 4,870 di tahun 2023. Namun, posisi Indonesia paling rendah dibandingkan negara-negara lain yang masuk kategori ini.
GNI per Kapita (US$)
- Indonesia 4,870
- Afrika Selatan 6,750
- Kolombia 6,870
- Brasil 6,870
- Kazakhstan 10,940
- Turki 11,650
- Malaysia 11,970
- Meksiko 12,10
- Argentina 12,520
- China 13,40
- Kosta Rika 13,850
- Rusia 14,250
Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill memprediksi bahwa Indonesia setidaknya membutuhkan waktu 70 tahun untuk bisa mencapai pendapatan per kapita setara negara maju.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terjebak di Level 5%, Begini Kata Bappenas
"Pada tren saat ini, China akan membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun hanya untuk mencapai seperempat pendapatan per kapita Amerika Serikat, Indonesia hampir 70 tahun, dan India 75 tahun," tulis Gill dalam laporan tersebut, dikutip Minggu (4/8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News