Reporter: Rika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NUSA DUA. Keinginan Rusia untuk berinvestasi membangun rel kereta api di Kalimantan Tengah dan Timur masih terganjal pemerintah daerah Kalimantan Tengah yang masih belum setuju. Akibatnya, kesepakatan (memory of understanding/MoU) dengan Rusia yang sedianya dilakukan ketika Presiden Rusia datang di KTT Asia Timur pada 19 November ini di Bali tertunda.
“Gubernur menginginkan beda. Keinginannya Rusia Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Gubernurnya ingin Kalimantan Tengah saja. Ini sulit karena bagaimana pun juga ada keekonomian,” tutur Menko Perekonomian Hatta Rajasa. Hatta mengatakan, pertemuan Indonesia dengan Rusia nanti tidak akan membahas pembangunan rel kereta api ini lantaran permasalahan di daerah juga belum selesai. Namun, ia optimistis pemerintah bisa membujuk pemda Kalteng. “Ini untuk kepentingan semuanya, bukan satu propinsi saja,” imbuhnya, Rabu (15/11). Ia masih melihat proyek bernilai US$ 3 miliar ini bisa mulai disiapkan mulai tahun depan.
Menurut Anangga W. Roosdiono, Chairman ASEAN Business Advisory Council, Rusia menginginkan pembangunan rel kereta api pengangkut batubara mulai dari Kalimantan tengah ke Kalimantan Timur karena rutenya lebih menguntungkan. Sedangkan pemda Kalimantan Tengah ingin agar pembangunan rel kereta hanya di Kalimantan Tengah.
Deputi Perencanaan BKPM Pama Hutapea menambahkan, Russian Railways akan bertemu sendiri dengan Gubernur Kalteng untuk membahasnya. “Mereka sebelumnya belum pernah bertemu. Sedangkan pemda Kaltim sudah setuju,” jelasnya, Rabu di sela ASEAN Investment Forum, Nusa Dua.
Sekedar mengingatkan Oktober lalu, perusahaan Russian Railways menyampaikan minatnya untuk membangun rel kereta api sepanjang 185 km sepanjang perbatasan Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Timur. Proyek ini masuk ke dalam daftar proyek konektivitas pada MP3EI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News