Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pengamat ekonomi mengapresiasi langkah Bank Indonesia (BI) yang akan memberikan insentif bagi perbankan yang menyalurkan kredit ke sektor ekonomi hijau.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai, adanya insentif pembiayaan hijau ini akan memberikan dampak positif yang luas. “Ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau, dan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru dan diharapkan mampu meningkatkan ekonomi hingga tumbuh di atas 5% yoy,” ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Minggu (5/12).
Menurutnya, insentif pembiayaan hijau memiliki dampak positif yang luas. Ia mengambil contoh, bila ada pembiayaan mobil listrik dengan uang muka atau down payment (DP) hingga 0% dan suku bunga kredit khusus, maka ini akan mendorong pengembangan industri mobil listrik dan komponen pendukungnya.
Ini pun menjadi angin segar bagi pertumbuhan sektor maupun sub sektor ekonomi hijau lainnya, seperti energi baru terbarukan, pengolahan limbah, dan lain-lain. Dan perkembangan ini bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja.
“Mendorong ekonomi hijau artinya memperluas kesempatan kerja baru,” tambahnya.
Baca Juga: Pemerintah ajak swasta kembangkan skema carbon pricing
Senada, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai, memang perlu adanya insentif dan dorongan dari regulator untuk memacu perbankan berinvestasi ke arah perekonomian hijau.
Sayangnya, Riefky melihat saat ini perbankan masih relatif belum siap untuk menuju ke arah ini. Namun, Indonesia tak sendiri. Masih banyak negara- negara lain yang dinilai belum siap untuk memberikan pembiayaan pada sektor ekonomi hijau.
Ada dua faktor yang memengaruhi. Pertama, belum adanya standardisasi yang menjelaskan terkait investasi di sektor ekonomi hijau. Kedua, masih banyak bank-bank besar yang berinvestasi ke sektor non hijau (brown sector) seperti batubara, kelapa sawit, dan minyak.
Riefky mengimbau para pemangku kebijakan untuk menyiapkan rencana transisi yang halus sehingga tidak menimbulkan masalah di sisi makroekonomi dan ketidakstabilan di pasar keuangan.
“Jangan sampai karena rencana transisi yang terlalu agresif atau tidak terakomodir transisinya. Harus disusun dengan profesional dan yang penting melibatkan semua stakeholder,” kata Riefky.
Baca Juga: BI meracik insentif bagi perbankan yang salurkan kredit ke sektor ekonomi hijau
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News