kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah kriteria ideal Menperin versi pengusaha


Rabu, 24 September 2014 / 14:30 WIB
Inilah kriteria ideal Menperin versi pengusaha
ILUSTRASI. Cara Membuat SIM A secara Online dari Rumah beserta Syaratnya. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/wsj.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Presiden terpilih Joko Widodo diharapkan bisa memilih Menteri Perindustrian yang tepat yang mampu meningkatkan daya saing di tengah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan membawa kesejahteraan rakyat melalui efek domino perekonomian industri.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman mengatakan, pemerintah yang akan datang akan disambut tantangan berat, seperti pelaksanaan MEA dan peningkatan kesejahteraan rakyat. "Kita perlu kerja keras untuk meningkatkan daya saing industri dan kesejahteraan masyarakat. Kabinet tersebut harus bekerja keras, dan sinergis mencapai satu tujuan yaitu Indonesia incorporated," ujar Ade pada KONTAN, pekan lalu.

Ia mengatakan sektor industri saat ini terbebani oleh ketergantungan yang tinggi akan bahan baku impor sehingga tersandera fluktuasi kurs mata uang dollar. Selain itu suku bunga pinjaman bank yang masih tinggi. 

Ia berharap Jokowi memilih orang yang benar-benar mengerti soal industri. "Bagi saya yang paling penting orang-orang tersebut punya kompetensi dan mau bekerja. Orang parpol harus yang mengerti industri dan perdagangan, serta tidak mendahulukan kepentingan partai. Orang profesional juga harus yang mengerti betul permasalahan di sektor industri," ujar Ade.

Namun ia enggan menjagokan sebuah nama untuk menjadi Menperin berikutnya, yang pasti sama saja baginya baik parpol atau profesional asalkan berkompetensi dan mau bekerja.

Baginya ada 3 mindset yang harus diubah di bangsa ini. Pertama soal pasokan energi seharus diutamakan utk dalam negeri, seperti gas alam agar mimpi Indonesia punya listrik 100.000 megawatt dapat tercapai demi tingkatkan daya saing industri.

Kedua adalah mengenai subsidi BBM harus dikurangi bertahap karena membebani APBN dan seharusnya dialokasikan ke pertanian. Ketiga, pembangunan sumber daya manusia dengan memberikan biaya gratis ke sekolah kejuruan. Indonesia butuh ahli untuk beberapa tahun mendatang. Jadi SDM dengan keahlian perlu digenjot kedepannya.

Ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia Aziz Pane mengatakan, Menperin berikutnya harus mampu menjadi problem solver, bukan problem maker. "Masalah di Indonesia ini sudah banyak sekali. Jadi kita perlu orang-orang yang duduk di kabinet untuk orang-orang yang bekerja dan bisa memecahkan masalah," ujar Aziz. 

Ia menyoroti juga bagaimana posisi ini sangat vital jadi harus orang yang tepat duduk disana. "Tahun depan itu MEA, daya saing kita juga masih kurang. Bisa jadi pengangguran bertambah karena SDM kalah saing, kriminalitas bertambah karena banyak yang nganggur, kesejahteraan juga berkurang. Imbasnya ke ekonomi investasi jadi menyusut karena hilangnya kepercayaan investor, IHSG bisa jeblok aliran dana asing kabur, dan harga dollar juga naik," ujar Aziz. 

Ia menyebutkan masalah-masalah di sektor industri Indonesia itu klise dan sudah diketahui semua orang, seperti infrastruktur yang belum menunjang, birokrasi yang berbelit dan memakan banyak waktu serta biaya. Suku bunga pinjaman perbankan juga masih kurang bersahabat bagi sektor riil untuk melakukan usaha. Ketersediaan pasokan energi juga belum terurus dengan baik. Meski demikian ia juga mengapresiasi Menperin saat ini, MS Hidayat yang sudah cukup baik memberikan perbaikan di industri.

Ke depan ia menjagokan Rachmat Gobel untuk menjadi perindustrian berikutnya. "Dia sudah pengalaman di dunia usaha, jadi dia mengerti soal industri dan dunia usaha. Dia juga sudah kaya dari perusahaannya jadi jauhlah dari korupsi. Dia juga punya wawasan dan wacana global karena perusahaannya yang sudah berskala multinasional," ujar Aziz.  Ia juga mengusulkan agar kabinet Jokowi diisi sepenuhnya oleh orang-orang profesional bukan orang partai, karena orang partai pasti tersandera kepentingan partai pengusungnya.

Ia berpesan ke depannya, anggaran Kemenperin kedepannya bisa diperkuat sehingga bisa makin leluasa untuk membina industri. Selain itu juga perlu dilakukan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Kemenperin. Ia juga mengharapkan menteri-menteri ke depannya bisa bersinergi menghilangkan ego sektroral demi mencapai tujuan bersama. "Misalkan industri kurang energi tersandera Menteri ESDM, industri minta tax holiday tersandera Kementerian Keuangan. Menperin harus benar-benar diberi kewenangan untuk membenahi industri," ujar Aziz.

Ketua Asosiasi Keramik Indonesia Elisa Sinaga menambahkan, Menteri Perindustrian saat ini juga sudah cukup baik tapi perlu perbaikan di sektor regulasi. "Pak Hidayat itu sudah cukup on track, karena background dia juga pengusaha dari KADIN. Namun bagi saya yang perlu diperbaiki adalah soal regulasi, harus jelas jangan tumpang tindih dan pengawasannya diperkuat," ujar Elisa.

Untuk nama menteri perindustrian ia mengusulkan nama Rini Soewandi. "Ibu Rini itu kan sudah punya pengalaman di dunia usaha, di sektor industri dan di pemerintahan. Dia punya kapabilitas yang cukup dan orang yang tepat untuk menjadi Menteri Perindustrian," ujar Elisa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×