kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Inilah kerugian erupsi Merapi versi BI


Senin, 15 November 2010 / 19:06 WIB
Inilah kerugian erupsi Merapi versi BI
ILUSTRASI. KERUSAKAN AKIBAT GEMPA DI GILI TRAWANGAN


Reporter: Andri Indradie | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Dampak bencana merapi ternyata mendatangkan kerugian yang besar secara materiil. Bank Indonesia (BI) menegaskan, Merapi secara langsung berdampak pada perekonomian, terutama di Kabupaten Sleman, dalam jangkauan radius sampai dengan 20 Km dari puncak.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi A. Johansyah mengatakan, hal itu terjadi lantaran daerah tersebut merupakan pusat budidaya peternakan sapi perah dan pusat tanaman salak, holtikultura semusim, pariwisata, dan banyaknya perumahan penduduk.

Berikut beberapa kerugian materiil menurut catatan Bank Indonesia (BI) hingga 14 November 2010:

A. Sektor pertanian:

Sub sektor tanaman holtikultura semusim, perkebunan salak, perikanan, dan peternakan terganggu dengan prakiraan total kerugian mencapai Rp 247 miliar terutama pada salak pondoh yang rugi Rp 200 miliar.

Terdapat sekitar 900 UMKM di Sleman dari 2.500 UMKM untuk sementara berhenti total. Kebanyakan usahanya adalah peternakan, holtikultura dan kerajinan.

Berdasarkan data Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Kamis (11/11), jumlah ternak yang mati akibat erupsi Merapi mencapai 1.961 ekor. Dari jumlah itu, sapi perah yang mati mencapai 1.780 ekor, sapi potong 147 ekor, kambing atau domba 34 ekor. Sementara selebihnya kebanyakan ditampung di Tirtomartani Kecamatan Kalasan dan Wedomartani, serta Kecamatan Ngemplak.

B. Sektor Perikanan:

Di sektor perikanan kerugian diperkirakan cukup besar, yaitu sekitar 1.272 ton.

C. Sub sektor transportasi:

Transportasi udara: Penutupan Bandara Adisucipto yang ditetapkan oleh Departemen Perhubungan sampai dengan tanggal 15 November 2010 menyebabkan jumlah penerbangan dan jumlah penumpang pesawat turun. Terdapat 23 penerbangan domestik dan 3 penerbangan internasional perhari terhenti atau diperkirakan terdapat pengurangan jumlah penumpang sekitar 58.300 penumpang selama 11 hari (per hari rerata 5.300 penumpang). Bahkan, setelah bandara dibuka, diperkirakan penerbangan masih belum optimal.

Transportasi darat: transportasi darat terpukul karena jumlah kunjungan wisatawan turun drastik. Rental mobil yang biasanya ramai mengalami pukulan cukup berat.

D. Sektor pariwisata:

Kunjungan wisatawan berkurang ataupun sebagian menunda, banyak event yang semula akan dilaksanakan di Yogyakarta banyak yang dialihkan pelaksanaannya (nasional maupun internasional), tingkat hunian hotel turun 70% dari rata-rata tingkat hunian 70% menjadi 30% dan ada yang kurang.

Hal ini memberikan dampak pada penurunan penjulan produk kerajinan, usaha kuliner, usaha transportasi turun, dan lainnya.

E. Sektor jasa: lebih terkait dengan penurunan kinerja di sektor PHR.

F. Sektor konstruksi : terdapat 2.271 rumah rusak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×