Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Untuk menggeliatkan ekonomi, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengambil kebijakan menyalurkan dana Rp 200 triliun yang bersumber dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) ke enam bank pelat merah.
Enam bank tersebut yakni, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Tabungan Negara (BTN). Serta, Bank Syariah Indonesia (BSI), dan Bank Syariah Nasional (BSN).
Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Wahyu Utomo menyampaikan, SAL Rp 200 triliun tersebut bersumber dari posisi SAL yang disimpan di Bank Indonesia (BI) sebesar Rp 440 triliun. Sebelumnya, sisa SAL pada akhir 2024 Rp 457,5 triliun.
“Posisi SAL di Akhir tahun 2024 sesuai LKPP 2024 sebesar Rp 457 triliun. Namun saat ini posisi 2025 bergerak dinamis sesuai arus kas dalam pelaksanaan APBN 2025 tahun berjalan (sisa Rp 440 triliun),” tutur Wahyu kepada Kontan, Jumat (12/9/2025).
Baca Juga: Purbaya Yakin Ekonomi RI Bergerak Lebih Cepat Jelang Akhir Tahun
Wahyu membeberkan, dana SAL biasanya digunakan sebagai penyangga untuk mengantisipasi ketidakpastian. Meski demikian, Wahyu menjelaskan, selama ini arus kas tahun berjalan selalu bersumber dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sehingga biaya operasional pemerintahan masih memadai dari arus kas yang bersumber dari SILPA.
“Sehingga SAL yang besar bisa dialihkan ditempatkan di perbankan untuk memutar ekonomi agar bergerak lebih cepat dan tumbuh lebih tinggi,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, SAL adalah adalah akumulasi neto dari SiLPA tahun anggaran yang lalu dan tahun anggaran yang bersangkutan setelah ditutup, ditambah/dikurangi dengan koreksi pembukuan.
Sedangkan SiLPA yaitu selisih lebih antara realisasi pendapatan dan laporan realisasi anggaran dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBN selama satu periode pelaporan.
Adapun sebelumnya, Kementerian Keuangan akan menggunakan SAL Rp 85,6 triliun untuk menutup defisit APBN 2025. Harapannya, pembiayaan defisit tidak sepenuhnya bergantung pada penerbitan surat utang baru di pasar keuangan.
Sementara itu, pemerintah juga akan menggunakan SAL Rp 16 triliun guna memberikan dukungan kepada bank milik negara yang menyalurkan pembiayaan kepada Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih.
Artinya, sisa SAL setelah penggunaan beberapa perencanaan tersebut, seperti suntikan dana ke bank plat merah Rp 200 triliun, ditambah Rp 85,6 triliun untuk menutup defisit anggaran, dan Rp 16 triliun untuk pembiayaan Koperasi Desa Merah Putih menjadi sebesar Rp 155,6 triliun.
Suka-Suka Bank
Sebelumnya, Menkeu Purbaya membeberkan, proporsi suntikan dana ke enam bank plat merah akan berbeda-beda. Sayangnya, ia belum bisa membocorkan masing-masing nominalnya. Paling lambat akhir pekan ini, ia akan mengumumkan terkait mekanisme guyuran dana tersebut.
Purbaya juga memastikan bahwa suntikan dana yang disalurkan tidak digunakan untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) atau Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Namun, ia melihat ini bakal mendorong bank lebih giat menyalurkan kredit dengan tetap membebaskan penggunaannya tergantung kebijakan bank masing-masing.
“(Peruntukannya) Suka-suka banknya. Yang penting kan kita likuiditas masuk ke sistem,” kata Purbaya di Gedung DPR RI, Kamis (11/9/2025).
Baca Juga: Suntik Dana Rp 200 Triliun ke Himbara, Menkeu Purbaya: Kalau Kurang Bakal Ditambah!
Selanjutnya: Apple Watch Kantongi Restu FDA untuk Fitur Deteksi Hipertensi, Meluncur Pekan Depan
Menarik Dibaca: Promo JSM Hypermart 12-15 September 2025, Beli 1 Gratis 1 Sosis Kanzler-Belmeat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News