Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus berupaya memperluas pasar ekspor. Salah satunya dengan memanfaatkan perjanjian perdangan dengan negara lain.
Direktur Jenderal Perundingan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan, saat ini pemerintah tengah berusaha menyelesaikan seluruh perundingan perjanjian dagang.
Namun, Djatmiko tidak dapat memastikan kapan seluruh perjanjian dagang ini selesai dan perjanjian dagang mana yang diprioritaskan untuk selesai tahun ini.
"Semuanya masih proses perundingan dan belum bisa dipastikan kapan selesai apakah tahun ini atau kapan," terang Djatmiko kepada Kontan.co.id, Rabu (26/10).
Baca Juga: RCEP dan IK-CEPA Bisa Menempatkan Indonesia Sebagai Regional Hub Perdagangan
Adapun yang tengah diselesaikan adalah perundingan Perjanjian Indonesia - European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA), Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA), Indonesia-Bangladesh Preferential Trade Agreement (IB-PTA).
Selanjutnya Indonesia –Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA), Indonesia- Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) dan Indonesia–Iran Preferential Trade Agreement (II-PTA).
Sementara, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Perdagangan Benny Soetrisno berharap pemerintah menyelesaikan perundingan seluruh perjanjian dagang khususnya IEU - CEPA yang perundinganya sudah berlangsung lama.
Benny menuturkan, dampak alotnya perundingan ini adalah volume ekspor Indonesia masuk ke Uni Eropa jadi berkembang sangat lambat.
"Pemerintah perlu merundingakn ini bersama pengusaha seperti Kadin atau Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)," terang Benny.
Terkait perundingan ini, menurut Benny, memang banyak yang harus dinegosiasikan, sehingga terkesan alot.
"Dari kita (Indonesia) minta dibukakan untuk hasil industri manufaktur sedang Uni Eropa minta kepada kita untuk membukakan industri jasa mereka masuk ke Indonesia," terang Benny.
Sebelumnya Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyampaikan, perundingan IEU-CEPA sudah masuk putaran ke-12 pada Oktober 2022 mendatang. Menurutnya, perundingan IEU-CEPA merupakan agenda prioritas Indonesia, mengingat besarnya potensi ekonomi kedua kawasan. Dia mendorong perundingan ini segera dirampungkan.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Uni Eropa antara lain minyak sawit, asam lemak, alas kaki berbahan kulit, alas kaki berbahan tekstil, dan karet alam. Sementara itu, komoditas impor utama Indonesia dari Uni Eropa adalah vaksin manusia dan veteriner, obat-obatan, kertas karton daur ulang, susu dan krim, serta peralatan operasi medis.
Baca Juga: Indonesia dan Iran Menuju Tahap Akhir Penyelesaian Perundingan Perjanjian Dagang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News