kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penyebab daya beli menurun versi CORE


Kamis, 27 Juli 2017 / 22:02 WIB
Ini penyebab daya beli menurun versi CORE


Reporter: Choirun Nisa | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Ekonom CORE (Center of Reform on Economics) Mohammad Faisal menyatakan bahwa satu hal yang mempengaruhi penurunan daya beli konsumen pada semester pertama di 2017 adalah banyaknya serapan tenaga kerja asing pada investasi.

"Banyak tenaga kerja asing masuk lewat investasi asing yang ditanamkan di Indonesia," ujarnya dalam forum CORE Mid Year Review 2017 yang bertemakan 'Malnutrisi' Ekonomi Domestik pada Kamis (27/7).

Dalam data yang dikeluarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Faisal menjelaskan, year on year semester pertama di tahun 2015, 2016, dan 2017, China memiliki jumlah penyerapan tenaga kerja paling besar dibandingkan negara investor Indonesia terbesar lainnya, yakni Jepang, Singapura, dan Amerika.

China menyerap 300 tenaga asing hingga semester pertama 2015, 3.100 tenaga asing hingga pertengahan tahun 2016, dan 900 tenaga asing hingga semester pertama 2017.

Hal ini berbeda jauh dengan Amerika Serikat (AS) yang menyerap tenaga kerja konstan year on year dari semester pertama 2015 hingga semester pertama 2017 sebesar 200 tenaga kerja asing.

Padahal, menurut Gubernur Bank Inonesia Agus D. W. Martowardojo, adanya investasi di Indonesia adalah untuk diarahkan kepada pembukaan lapangan pekerjaan yang besar bagi masyarakat Indonesia. Namun, kata Faisal, hal ini belum terealisasi, utamanya dalam investasi China yang menyerap banyak tenaga kerja asing.

"Hal ini kemudian berdampak pada tingkat pengangguran di masyarakat yang hanya berkurang sedikit. Jika masyarakat tidak bekerja maka tidak ada pendapatan untuk membeli konsumsi. Lagi-lagi konsumsi masyarakat makin turun karena hal ini," jelasnya lebih lanjut.

Daya beli masyarakat yang menurun ini kemudian berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu besar pada kuartal dua ini. Ekonom CORE memprediksi, pertumbuhan ekonomi kuartal dua tumbuh tak lebih dari rentang 5,05-5,1 %.

Meski konsumsi masyarakat menurun, tetapi setidaknya, menurut Faisal, perdagangan ekspor-impor Indonesia cukup membantu pertumbuhan di kuartal dua dan semester pertama 2017 ini.

"Kita tertolong ini. Kebetulan pula harga komoditas kita tinggi karena di global sedang turun. Paling tinggi dari manufaktur dan batu bara yang paling besar membantu pertumbuhan ekonomi semester ini," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×