kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini kisah Amran sebelum sukses jadi menteri


Senin, 06 April 2015 / 06:26 WIB
Ini kisah Amran sebelum sukses jadi menteri
ILUSTRASI. Warga memeriksa meteran listrik prabayar di Rumah Susun Benhil, Jakarta, Kamis (14/9/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/YU


Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa

BONE. Empat bulan terakhir Andi Amran Sulaiman sibuk dari sawah ke sawah, tidak hanya untuk memberikan bantuan dari pusat, melainkan juga memberikan dorongan motivasi bagi para petani dan utamanya anak muda.

Dalam kunjungan kerjanya ke Desa Pakkasalo, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Menteri Pertanian Kabinet Jokowi-JK itu bercerita betapa perjuangannya menjadi seperti sekarang ini tidaklah mudah. Bahkan Amran sempat berpikir untuk tidak lagi tinggal di Indonesia.

“Saya waktu sekolah dulu tinggal di pondokan, tahun keenam ngontrak. Cuma satu kasur, satu TV, tanpa ranjang. Itu tahun 1996 gaji sebagai PPL (petugas penyuluh lapangan) Rp 150.000. Saya hampir merantau ke Brunei, dan tidak mau kembali lagi ke Indonesia,” kata Amran, Sabtu (4/4/2015).

Amran lalu bercerita ketika pertama kali merantau ke Jakarta. Amran yang dulunya kurus dan gondrong bahkan diam-diam tidak membayar tiket kapal. “Satpam kapal kami bayar setengah. Tapi Insya Allah saya sudah balas. Saya pernah naik pesawat, saya kasih lebih. Ya Allah saya titipkan dosaku yang dulu. Saya bayar yang dulu itu,” kata Amran.

Pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta, dia bilang pernah tidur di Masjid Istiqlal. “Imamnya datang, buru-buru keluar,” imbuh dia.

Tak hanya itu saja perjuangannya, Amran bahkan mengaku pernah mengkonsumsi mi instan seporsi berdua bersama temannya. Itu pun, kata dia tanpa pesan minuman, lantaran tak ada kocek lagi sementara perut kelaparan.

“Dan biasa, air mata saya menetes, Ya Allah apakah saya dikutuk ini saya lahir. Ternyata ada hikmahnya semua, dilatih. Jadi, kalau ada anak muda sekarang maunya hura-hura, tua kaya raya, mati masuk surga, bohong,” ucap dia.

Bagi Amran, boleh terlahir miskin, tapi tidak boleh mati dalam keadaan miskin. Dia berharap kata-katanya ini bisa memotivasi anak muda yang ada di desa tersebut. Dan ternyata, setelah menjadi menteri pun, Amran tidak berleha-leha. Dia mengatakan hanya tidur tiga sampai empat jam per hari. Bahkan pernah Amran menjalani operasi di sebuah rumah sakit tanpa seorang pun tahu.  “Istriku saja tak kuberi tahu,” kata dia.

Amran, kepada para petani dan pejabat daerah serta warga mencontohkan negara Jepang yang bisa menjadi raksasa ekonomi. “Tahu kenapa Jepang maju? Kalau mereka gagal, harakiri,” kata dia.

Bagi Amran, tidak ada yang tidak bisa dilakukan di bumi Allah. Yang ada hanyalah sulit, namun pasti bisa dilakukan. Asal, orang-orang Indonesia utamanya anak muda memiliki karakter unggul, yaitu jujur, berkomitmen, pekerja keras, dan senantiasa berdoa. “Itu ciri-ciri orang sukses. Ciri orang gagal, mengeluh,” ucap Amran. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×