Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi China kini tengah menjadi sorotan. Apalagi, krisis properti di China menambah karut marut perekonomian di negara tersebut.
Fenomena yang ditandai dengan bangkrutnya raksasa properti Evergrande itu dinilai akan berdampak terhadap perekonomian global.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, guncangan sektor properti yang terjadi di Negeri Tirai Bambu utamanya disebabkan oleh perusahaan besar.
Pemicunya ialah langkah ekspansif yang dilakukan raksasa properti sebelum pandemi Covid-19 merebak.
"Dan kemudian (terdampak) Covid dan sekarang belum pulih," kata dia, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (21/9/2023).
Menurutnya, krisis properti hanya berimbas terhadap perusahaan skala besar. Sementara itu, perusahaan-perusahaan properti skala kecil dan menengah kinerjanya tetap terjaga.
Namun demikian, dampak dari guncangan sektor properti tetap dirasakan oleh perekonomian China. Perry menyebutkan, permasalahan sektor properti menjadi salah satu pemicu perlambatan ekonomi China.
Baca Juga: BI Mempertahankan Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Global pada Tahun 2023
"Sehingga secara keseluruhan menyebabkan ekonomi Tiongkok yang melambat," ujarnya.
Perlambatan ekonomi negara adidaya pada akhirnya akan berdampak terhadap perekonomian global. Salah satunya ditunjukan dengan perlemahan permintaaan dunia.
"Itu menyebabkan kenapa merembet ke negara lain," kata Perry.
Dampak dari perlambatan ekonomi global China juga dirasakan oleh Indonesia. Sebagai negara mitra dagang utama, perlambatan ekonomi China berimbas terhadap menurunnya ekspor Indonesia ke negara tersebut.
Baca Juga: China Setop Ekspor Dua Mineral yang Dibutuhkan para Produsen Chip Dunia
"Ekspor kita juga masih meningkat tapi tidak sekuat sebelumnya," ucap Perry.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BI Buka-bukaan Dampak Krisis Properti China ke Perekonomian"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News