Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemerintah sebentar lagi akan memulai pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2016. Pemerintah telah menyampaikan pengantar kerangka ekonomi makro tahun depan.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyampaikan gambaran asumsi dasar ekonomi makro 2016. Pertama, pertumbuhan ekonomi. Dengan memperhitungkan perkembangan perekonomian terkini, baik global maupun domestik yang tidak seoptimis perkiraan sebelumnya maka pertumbhan ekonomi 2016 diperkirakan 5,8%-6,2%.
Rentang pertumbuhan ini lebih tinggi dari outlook pertumbuhan ekonomi 2015 namun sedikit lebih rendah dari target awal dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Sebelumnya dalam Rancangan Kerja Pemerintah (RKP) 2016 pemerintah memasang target pertumbuhan dalam rentang 5,4%-6,6%.
Kedua, inflasi. Laju inflasi diperkirakan pada kisaran 4% plus minus 1%, yang didukung semakin membaiknya koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan riil.
Ketiga, rupiah. "Nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak pada kisaran Rp 12.800-Rp 13.200 per dollar Amerika Serikat (AS)," ujar Bambang dalam sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (20/5).
Meskipun masih terdapat berbagai risiko tekanan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah pada tahun depan, namun membaiknya kondisi fundamental ekonomi diharapkan dapat menjadi insentif baru arus investasi asing ke Indonesia.
Keempat, suku bunga SPN 3 bulan. Rata-rata suku bunga SPN 3 bulan tahun depan berkisar 4%-6%.
Kelima, harga minyak. Rata-rata harga minyak diperkirakan bergerak pada kisaran US$ 60 per barel-US$ 80 per barel.
Keenam, lifting minyak dan gas bumi. Lifting minyak dan gas bumi diperkirakan mencapai 1.930-2.050 ribu barel setara minyak per hari di mana masing-masing lifting minyak dan gas bumi sebesar 830-850 ribu barel per hari dan 1.100-1.200 ribu barel setara minyak per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News