Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kenaikan harga pada bahan pangan menjelang Natal dan tahun baru menyebabkan tekanan terhadap inflasi. Sejumlah ekonom yang dihubungi KONTAN memperkirakan inflasi November 2016 yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis (1/12) besok akan berada di kisaran 0,3%-0,4%, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya dan lebih tinggi dibanding inflasi November lima tahun ke belakang.
Untuk diketahui, inflasi Oktober 2016 yang dicatatkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 0,14% atau 3,31% year on year (YoY). Adapun inflasi inti Oktober 2016 sebesar 3,08% YoY, menjadi inflasi inti terendah dibandingkan inflasi inti Oktober sejak tahun 2009.
Sementara itu, berdasarkan trennya lima tahun ke belakang, inflasi November biasanya rendah. Catatan BPS, inflasi November 2011 0,34%, November 2012 0,07%, November 2013 0,12%, November 2014 1,5% karena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), dan Oktober 2015 0,21%.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, inflasi bulanan November tahun ini sebesar 0,32% atau 3,43% YoY. Lebih lanjut menurutnya, inflasi bulan ini lagi-lagi disebabkan oleh kenaikan harga sejumlah komoditas pangan. Ia mencatat, harga beras naik 0,19%, cabai merah keriting naik 23%, cabai merah naik 19,5%, dan bawang merah naik 14,9% dibanding bulan sebelumnnya.
"Kenaikan komoditas pangan khususnya bumbu jelang akhir tahun disebabkan oleh terganggunya pasokan karena peningkatan intensitas hujan," kata Josua saat dihubungi KONTAN, Rabu (30/11).
Ia memperkirakan inflasi akan meningkat hingga akhir tahun seiring dengan peningkatan permintaan menjelang Natal dan tahun baru serta curah hujan yang masih akan meningkat yang menyebabkan kenaikan harga sejumlah komoditas pangan. Meski begitu, Josua memproyeksi inflasi akhir tahun akan berada di level 3% YoY, lebih rendah dari inflasi akhir tahun lalu yang sebesar 3,35%.
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro juga memperkirakan, inflasi November tahun ini sebesar 0,33% atau 3,343% YoY. Peningkatan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh tekanan harga yang terjadi pada komoditas cabai. Meski demikian, pihaknya melihat inflasi akan tetap terjaga hingga akhir tahun sehingga Mandiri memperkirakan inflasi sampai akhir tahun sebesar 3,3% YoY.
Ekonom Maybank Indonesia Juniman memperkirakan, inflasi bulanan November tahun ini mencapai 0,35% atau 3,45% YoY. Menurutnya, tiga hal yang menyebabkan kenaikan inflasi tersebut. Pertama, kenaikan harga komoditas pangan seperti cabai merah, cabai rawit, beras, susu, dan kacang kedelai akibat curah hujan yang tinggi dan bencana banjir yang terjadi di sejumlah wilayah dan berkurangnya pasokan.
wKedua, inflasi tersebut juga disebabkan oleh kenaikan harga emas dan perhiasan yang dipicu oleh kenaikan harga emas dunia. Ketiga, inflasi juga dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terjadi sejak akhir pekan pertama November 2016 yang berkaitan dengan impor makanan jadi.
Ia menjelaskan, selain kenaikan harga emas perhiasan dan pelemahan kurs rupiah pada bulan November tahun ini, harga sewa dan kontrak rumah juga mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan inflasi inti November meningkat dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,08% YoY. Juniman memperkirakan, inflasi inti November tahun ini sebesar 3,18% YoY.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga menjelaskan, kenaikan inflasi di bulan November yang diperkirakan pihaknya mencapai 0,3%-0,4% dipengaruhi oleh faktor musiman. Oleh karena itu menurutnya, hal ini perlu diantisipasi dan diubah polanya. "Karena kalau di luar negeri, biasanya kalau hari raya harga turun," kata David.
Selain itu, pemerintah juga perlu menjaga harga beras dengan menjaga pasokan beras di tengah cuaca yang tidak bagus bagi tanaman pangan. Namun ia memperkirakan inflasi di bulan Desember tak akan melampaui 1% sehingga inflasi akhir tahun bisa terjaga di bawah 3% YoY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News