kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Inflasi berpeluang turun sampai akhir 2017


Senin, 22 Mei 2017 / 11:57 WIB
Inflasi berpeluang turun sampai akhir 2017


Reporter: Adinda Ade Mustami, Elisabeth Adventa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi hingga akhir tahun ini hanya sebesar 4,3%. Angka perkiraan itu lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yakni 4,6%. Menurut BI, laju inflasi makin rendah karena semakin terkendalinya harga pangan, yang selama ini berandil terbesar bagi inflasi.

BI melihat keberhasilan pengendalian harga pangan sudah terlihat sejak Mei 2017. Itulah sebabnya menjelang bulan puasa, harga kebutuhan pokok walau naik, tapi relatif kecil. BI memperkirakan, inflasi Mei hanya sekitar 0,27%. Angka itu naik tipis dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 0,24% pada Mei 2015. Mei 2014, inflasi 0,5%.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, hingga pekan kedua bulan ini, inflasi masih bersumber dari harga yang diatur pemerintah (administered prices), yaitu kenaikan tarif dasar listrik. Tak hanya itu harga beberapa bahan pangan juga mengalami tekanan. "Tekanan inflasi dari komoditi seperti bawang putih. Kami juga melihat harga daging ayam dan telur ayam cukup ada tekanan," kata Agus, Jumat (12/5).

Namun kenaikan harga sejumlah bahan pangan terkompensasi oleh penurunan (deflasi) harga beberapa bahan pangan. Agus mencontohkan seperti bawang merah dan cabai. Penurunan ini berkontribusi ke rendahnya inflasi hingga tutup tahun.

Namun Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo memprediksikan, inflasi akan terus naik pada dua bulan ke depan. Juni dan Juli 2017 merupakan puncak inflasi karena puasa dan Lebaran. "Ini biasa, karena hari raya keagamaan, kenaikan tarif listrik akan terjadi juga. Tetapi kami optimistis baseline, angka dasar inflasi, berada dalam kisaran target," jelasnya.

Dody mengimbau masyarakat untuk selalu kritis ketika terjadi kenaikan harga menjelang bulan Ramadan. "Bagaimana caranya mengubah pola pikir masyarakat. Jangan sampai ada pikiran harga naik terima saja. Karena salah satu pendorong inflasi adalah ekspektasi masyarakat," katanya.

Ke depan, agar inflasi tak melambung, masyarakat diharapkan semakin cerdas. Menurutnya, kebiasaan kenaikan harga pangan di bulan Ramadan sudah terlalu lama dibiarkan saja oleh Masyarakat. Sehingga, menjadi kebiasaan dan justru dijadikan kesempatan oleh para pedagang sebagai momen untuk menaikan harga dagangannya.

Menurutnya, ada beberapa barang konsumsi yang perlu diwaspadai kontribusinya untuk inflasi, seperti bumbu-bumbuan (bawang putih, cabai) yang inflasi biasa tembus dua digit. Termasuk juga telur ayam serta daging ayam.

Selain itu, risiko lain terkait inflasi adalah yang berasal dari komponen harga yang diatur pemerintah atau administered prices. Hal ini terkait berlanjutnya kenaikan tarif listrik untuk pelanggan 900 watt tahun ini.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara menyarankan agar pemerintah menunda kenaikan tarif listrik pada Juni-Juli. Jika kenaikan tarif listrik di periode itu, inflasi bisa tak terkendali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×