Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga beras dikhawatirkan dapat memicu laju inflasi pada Januari 2018 ini. Sebab, pangan adalah salah satu faktor utama penyebab inflasi.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Adriyanto mengatakan, jika pasokan beras tak mencukupi kebutuhan hingga Februari nanti, maka hal ini bisa mendorong inflasi. Oleh karena itu, pasokan beras harus aman.
“Maret kami harapkan sudah ada panen. Kami harapkan operasi Bulog dapat membantu menjaga harga beras medium khususnya,” kata Adrianto kepada Kontan.co.id, Minggu (14/1).
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, lonjakan harga beras dapat mempengaruhi laju inflasi bulan ini. Terlebih bila harga beras tak kunjung turun di akhir bulan.
"Kalau harganya membaik di akhir bulan, tidak banyak pengaruhnya. Tapi kalau harganya tidak membaik maka pengaruhnya akan banyak," kata Darmin di kantornya, Jumat (12/1).
Oleh karena itu, demi mengamankan harga beras, pemerintah berupaya mengendalikan laju kenaikan harga. Hal ini salah satunya dilakukan dengan membuka keran impor beras khusus sebanyak 500.000 ton pada akhir Januari 2018 untuk mengatasi kelangkaan pasokan beras yang berdampak pada naiknya harga jual beras di tingkat pengecer.
"Jadi, dengan adanya langkah-langkah yang diambil, untuk operasi pasar, rastra (beras sejahtera), kemudian impor. Kami sedang mengambil langkah-langkah supaya harganya tidak bertahan (naik)," ujarnya.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, inflasi bulan Januari diprediksi di kisaran 0,5-0,6% secara bulanan. Hal ini mempertimbangkan faktor kenaikan harga kebutuhan pokok khususnya beras.
Meski begitu, angka inflasi ini lebih rendah dibandingkan inflasi Desember 2017 yang sebesar 0,71% (mtm) ataupun Januari 2017 sebesar 0,97% (mtm).
“Jika rencana impor dilakukan harga bisa turun, tapi sifatnya sementara dan kurang signifikan,” ucapnya,
Namun demikian, belum ada hitungan terkait dampak impor beras terhadap stabilitas harga pangan ini. Secara kasar, menurut Bhima, impor akan turunkan inflasi 0,05-0,01% (inflasi bulanan).
Namun, Bhima mengatakan, di sisi lain pemerintah perlu pertimbangkan inflasi bulan Februari-Maret ketika panen raya. Sebab, kemungkinan inflasi di Januari bisa berbalik menjadi deflasi bahan pangan dan memukul daya beli petani.
“Jadi impor ini waktunya harus sangat hati-hati karena mendekati panen raya,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News