kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri Mengantisipasi Kepanikan Masyarakat


Kamis, 25 September 2008 / 21:59 WIB
Industri Mengantisipasi Kepanikan Masyarakat
ILUSTRASI. TAJUK - Barli Halim Noe


Reporter: Nurmayanti,Hikmah Yanti | Editor: Test Test

JAKARTA. Imbas pengumuman beberapa produk makanan dan minuman dari China yang tercemar susu mengandung melamin barangkali bakal lebih panjang lagi. Beberapa produsen yang nama produknya masuk daftar mulai merasakan dampaknya.

PT Indoeskrim, produsen Indoeskrim Meiji Gold Monas misalnya. Setelah ada pengumuman dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa waktu lalu, penjualan produk Indoeskrim yang lain ikut bergejolak. "Penjualan kami memang sedikit kaget," ungkap Cahyo Irianto, Manajer Komunikasi Pemasaran PT Indoeskrim.

Padahal, Indoeskrim sudah membantah tuduhan BPOM. Pasalnya, perusahaan ini sudah menyetop produksi Meiji Indoeskrim rasa coklat dan vanila sejak tahun 2000 silam. Tapi, dampak ke penjualan produk Indoeskrim lain tetap ada.

Supaya dampaknya tak berlarut-larut, Indoeskrim berencana membuat klarifikasi lewat berbagai media massa bahwa saat ini, produk mereka hanya menggunakan susu dari Selandia Baru, Australia, dan Amerika. Tidak ada lagi yang menggunakan susu dari  China.

Selain itu, Indoeskrim juga bakal mencari jalan keluar bersama asosiasi makanan dan minuman. "Kita berusaha membuat rumusan yang diharapkan memulihkan kepercayaan masyarakat pada produk kami," kata Cahyo.

Sentimen masyarakat bisa saja merembet pada semua produk pangan dari China. Jika ini terjadi, para produsen dalam negeri yang selama ini mengalihkan produksinya ke pabrik di China bakal kena dampak juga. Maklum, beberapa tahun terakhir, industri makanan memilih mengambil produk dari China lantaran harganya lebih murah.

Hanya saja, kemungkinan ini ditampik oleh beberapa produsen. Garudafood, misalnya, yang mempunya produk permen Ting Ting dan beras instan dari satu pabrik di China tak khawatir. "Tidak ada dampak bagi kami. Kan tidak memakai bahan baku susu," ungkap Franky Sibarani, Sekretaris Perusahaan PT Garudafood.

Asosiasi sendiri mulai mengambil langkah antisipasi terhadap dampak lebih besar. Rencananya, Jumat (26/9), asosiasi makanan minuman, produsen, Depperin, dan BPOM bakal membahas antisipasi terhadap krisis yang lebih besar pada industri makanan minuman. "Industri pasti terpengaruh. Kita akan mengambil langkah supaya secepat mungkin rumor ini tidak berkembang," kata Franky yang juga Ketua Bidang Regulasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi).

Franky mengaku, kemungkinan bakal ada penambahan jumlah produk yang patut diwaspadai. Cuma, Franky menyarankan, BPOM menggunakan cara penyampaian yang berbeda kepada masyarakat. Tujuannya, biar masyarakat tidak semakin panik.

Franky mengaku, biasa saja ada beberapa produk yang  layak dicurigai. "Selama ini, saat masih patut diduga, pemerintah sudah mengumumkan. Ke depan, sebaiknya diuji dulu, baru diumumkan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×