Reporter: Irma Yani | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Meski realisasi penyaluran kredit properti pada 2010 lalu tercatat tumbuh 15,07%, namun kondisi perekonomian masih dinilai aman. Pasalnya, tingginya pertumbuhan penyaluran kredit tersebut didorong oleh masih tingginya minat bank umum menyalurkan kredit properti pada kuartal IV 2010 sejalan dengan bergairahnya permintaan produk properti oleh calon debitur.
Dari sisi kredit properti, kondisi perekonomian dinilai masih aman dari ancaman bubble ekonomi. terlebih, Direktur Perencanaan Makro Kementerian PPN Bambang Prijambodo menilai bahwa tren realisasi penyaluran kredit properti di Indonesia masih landai. Jadi masih belum akan memicu terjadinya bubble ekonomi seperti yang ditakutkan oleh negara-negara lain di kawasan Asia. “Saya melihat kalau kita masih jauh ke sana,” ucapnya, Kamis (17/2).
Akibatnya, ia menilai pemerintah belum perlu mengeluarkan kebijakan pembatasan pembelian properti seperti yang telah dilakukan oleh pemerintah China. Menurutnya, kebijakan pembatasan pembelian properti dapat mengalihkan arus modal asing masuk ke sektor-sektor yang produktif.
Saat ini pemerintah perlu memperbaiki sektor riil agar tumbuh lebih cepat sehingga memiliki return investasi yang tinggi. "Maka tanpa dibatasi sekalipun, arus modal akan dengan sendirinya lari ke sektor yang produktif. Tapi kalau di China rembetan ke sektor properti memang tinggi, maka pemerintah di China mengantisipasinya sejak dini," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, bahwa pemerintah belum perlu mewaspadai terjadinya overheating di sektor properti. Pasalnya, pemerintah belum melihat adanya potensi terjadinya overheating pada sektor properti, sebagaimana yang pernah terjadi pada tahun 1998 lalu.
Sekadar catatan, pada krisis 1998 kredit sektor properti menjadi salah satu pemicu krisis ekonomi. Tapi pemerintah menilai sejauh ini perkembangan sektor properti di Indonesia masih cukup bagus. “Sementara ini masih bagus properti kita,” tuturnya singkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News