Reporter: Amalia Fitri | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak virus corona memiliki imbas luar biasa di seluruh dunia. Mayoritas negara-negara di dunia diprediksi mengalami penurunan ekonomi, bahkan sampai di bawah nol persen alias kontraksi. Indonesia juga diprediksi akan mengalami hal sama.
"Tapi walau turun, ekonomi Indonesia diprediksi tetap positif. Setidaknya ada tiga negara Asia yang akan tetap positif. Selain Indonesia, ada China dan India. Kami pun diprediksi, ekonomi Indonesia turun dari kisaran 5% ke 2%," ujar Ketua Indonesia Marketing Association (IMA) Suparno Djasmin dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Minggu (5/4).
Baca Juga: Terpapar efek wabah corona, ADB proyeksi ekonomi Indonesia tumbuh 2,5% di tahun 2020
Lebih jauh, Suparno juga mengungkapkan, pandemi virus corona saat ini tidak bisa dibandingkan dengan krisis pada tahun 1998 maupun 2008. Kedua krisis tersebut terjadi secara ekonomi, dan tidak membatasi pergerakan masyarakat untuk tetap beraktivitas. Sehingga perdagangan masih bisa berjalan. Namun saat ini mayoritas aktivitas ekonomi berhenti total akibat penyebaran virus corona.
Pernyataan Suparno diamini oleh Junanto Herdiawan yang melihatnya dari sisi pemerintah. Menurutnya, yang terjadi kini adalah krisis kemanusiaan.
"Ekonomi pasti terdampak. Dan tidak ada satu pun pemerintahan di dunia yang punya pengalaman menghadapi krisis sangat global seperti ini," ungkap pria yang akrab disapa Iwan tersebut.
Ada beberapa skenario "what if" sedang disiapkan. Salah satunya pertumbuhan ekonomi -0,4% dengan nilai tukar rupiah bisa sampai Rp 20.000 per dolar AS.
Walau begitu ini adalah skenario, bukan proyeksi. Skenario dibuat agar pemerintah lebih siap mengambil kebijakan jika benar-benar terjadi. Untuk saat ini pemerintah berusaha agar likuiditas terjaga.
Baca Juga: Pendiri MarkPlus: Enam bulan lagi dunia bisnis baru mulai normal kembali
Seperti yang diutarakan oleh Hermawan Kartajaya yang juga Honorary Founder of IMA, dibalik krisis selalu ada peluang.
"Nilai tukar rupiah yang mulai bergerak di atas Rp 16.000 dari sekitar Rp 14.000 tidak separah krisis 1998, yang bergerak tajam dari Rp 2.500 ke Rp 15.000," pungkas Hermawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News