Reporter: Yudho Winarto | Editor: Test Test
JAKARTA. Pemerintah Indonesia bakal mengirimkan tim pemantau perdamaian ke Suriah, menyusul adanya permintaan dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
"PBB menginginkan suatu semacam advance observer dari dunia internasional termasuk dari Indonesia karena observer kita termasuk kompeten," ujar juru bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, Senin (16/4).
Atas permintaan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung menyatakan setuju. Presiden memerintahkan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa agar memberikan dukungan dan meminta menyiapkan tim observer yang bakal dikirim nantinya. "Presiden menekankan agar gencatan senjata di Suriah bisa efektif," jelasnya.
Ia menjelaskan, konfirmasi kesediaan Indonesia mengirimkan tim pemantau ke Suriah bakal disampaikan oleh Marty langsung ke Sekjen PBB Ban Ki-Moon. "Nanti malam mungkin Menlu akan menelpon Sekjen PBB," jelasnya.
Sebagai informasi, krisis di Suriah ini sudah berlangsung lebih dari setahun. Terinspirasi oleh revolusi di Mesir dan Tunisia, kaum oposisi sudah muak dengan kekangan rezim Partai Baath yang sudah memerintah puluhan tahun. Pemerintah pun meladeni oposisi dengan kekerasan sehingga menimbulkan banyak korban jiwa.
PBB memperkirakan bahwa kekerasan sporadis di Suriah, yang sudah terjadi selama 13 bulan, telah menewaskan lebih dari 9.000 orang. Suriah sendiri mengklaim bahwa militan dukungan asing telah membunuh lebih dari 2.500 tentara dan polisi mereka.
Dewan Keamanan PBB pun berbulan-bulan terlibat perundingan yang alot. Namun, pada akhir pekan lalu, mereka menyetujui pengiriman tim pemantau perdamaian di Suriah.
PBB pun sudah mengutus mantan Sekretaris Jenderal mereka, Kofi Annan, untuk memimpin upaya internasional dalam mendamaikan Suriah. Annan pun didukung oleh Liga Arab untuk mengupayakan perdamaian di negara Timur Tengah itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News