kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.880.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.260   50,00   0,31%
  • IDX 6.928   30,28   0,44%
  • KOMPAS100 1.008   6,44   0,64%
  • LQ45 773   2,07   0,27%
  • ISSI 227   2,98   1,33%
  • IDX30 399   1,47   0,37%
  • IDXHIDIV20 462   0,59   0,13%
  • IDX80 113   0,62   0,55%
  • IDXV30 114   1,38   1,22%
  • IDXQ30 129   0,27   0,21%

Indonesia Gandeng EADS untuk Proyek Pesawat Militer


Kamis, 23 April 2009 / 08:43 WIB


Reporter: Hans Henricus |

JAKARTA. Indonesia kembali menggandeng European Aeronatic Defense and Space Company (EADS) dalam kerjasama alutsista. Perusahaan patungan Perancis, Jerman, Spanyol dan Italia itu bakal membantu PT Dirgantara Indonesia (DI) dalam proyek pembuatan helikopter pengangkut dan pesawat CN 212.

EADS menawarkan dua bentuk uluran tangan dalam proyek yang rencananya akan bergulir Januari 2010 nanti.

Pertama, EADS akan mengirimkan fasilitas produksi dan memberikan lisensi kepada PT DI. Kedua, EADS menyiapkan dana sebesar US$ 400 juta yang berasal dari Banque Nationale de Paris and Paribas (BNP Paribas).

"Sekarang mereka mulai jemput bola untuk memberikan fasilitas," kata Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono di kantor Presiden, Rabu (22/4).

Juwono mengatakan saat ini Indonesia memang butuh troops carrier berupa pesawat pengangkut pasukan dan helikopter untuk keperluan menggeser pasukan dan tanggap darurat.

Selain untuk kebutuhan sendiri, menurut Juwono pesawat angkut CN 212 dan helikopter angkut hasil produksi PT DI itu juga akan dipasarkan ke negara-negara di Asia Tenggara dan Asia Timur. Khusus untuk pemasaran di Asia Timur, Indonesia akan mengajak Korea Selatan untuk terlibat. "Korea Selatan sejak lama tertarik dengan pesawat CN 212 dan CN 235," tutur Juwono.

Sementara itu mengenai pembiayaan proyek tersebut, Menhan mengatakan untuk saat ini mengandalkan tawaran dari EADS itu. Sebab, pinjaman bank dalam negeri dikenakan bunga tinggi.

Menhan mengaku sebelumnya pernah mengajukan pinjaman untuk membiayai proyek tersebut kepada Mandiri dan BNI sebesar US$ 500 juta. Namun, kandas karena kedua Bank BUMN itu meminta bunga di atas 12%. "Kita keberatan, maunya dibawah 7%," kata Menhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×