Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia mendukung keketuaan Kamboja di ASEAN pada tahun 2022 yang mengusung tema ASEAN A.C.T. yakni Addressing, Challenges, Together.
Direktur Perundingan ASEAN Dina Kurniasari dalam memimpin delegasi Senior Economic Officials Meeting (SEOM) Retreat mengatakan, Indonesia menantikan kerjasama yang kuat di berbagai permasalahan, dan memastikan pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Khususnya terkait penanganan dampak pandemi Covid-19 di sektor ekonomi, perdagangan, dan investasi pada 2022.
Mewakili Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono, Dina menjelaskan, Indonesia mendukung penuh usulan priority economic deliverables (PED) Kamboja. Selain itu, secara khusus Indonesia mendorong agar seluruh negara anggota ASEAN dapat mempertimbangkan untuk memiliki standar keberlanjutan.
“Berdasarkan indikator dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) untuk meningkatkan daya saing produk asal ASEAN dan mendorong agar dapat dilakukan kajian terkait pentingnya memiliki standar keberlanjutan di ASEAN,” jelas Dina dalam keterangan resmi yang diterima Kontan, Rabu (12/1).
Baca Juga: PM Kamboja Temui Junta Militer saat Kunjungan ke Myanmar Picu Protes
Terkait perundingan ASEAN-Kanada, SEOM sepakat agar work plan dan term of reference (TOR) untuk pembentukan Komite Perundingan untuk ASEAN–Canada Free Trade Agreement (ACAFTA) harus segera difinalisasi.
Dina menyebutkan, hal tersebut agar perundingan dapat segera dimulai pada awal 2022 dengan target penyelesaian secara substansi selama dua tahun. Sehingga, dapat dijadikan sebagai salah satu capaian Indonesia pada masa keketuaan ASEAN pada 2023.
“Kami selaku country coordinator ACAFTA juga mengingatkan mandat dari para menteri untuk segera mengintensifkan perundingan ACAFTA di tahun ini dan juga mendorong agar segera dilakukannya pertemuan khusus dengan Kanada di akhir Januari atau awal Februari 2022,” kata Dina.
Khusus penanganan bersama untuk dampak pandemi Covid-19, secara khusus negara anggota ASEAN membahas kemungkinan ditambahnya daftar untuk produk esensial dalam Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) Essential Goods.
MoU ini bertujuan untuk membantu penanganan Covid-19 di ASEAN dengan memastikan tidak ada hambatan saat terjadi perdagangan barang. MoU akan berakhir pada 13 November 2022 dan terdiri dari 107 daftar produk esensial, yang terdiri dari obat medis, produk alat kesehatan, dan beberapa jenis makanan.
“Kami menekankan pentingnya negara ASEAN menyepakati definisi dari ‘produk esensial’ serta melakukan reviu terhadap efek langsung di sektor perdagangan, implementasi dan utilisasi dari pelaksanaan fase pertama dan kedua sebelum memperluas ruang lingkup dan memperpanjang implementasi dari MoU ini,” imbuh Dina.
Baca Juga: Ekonominya Terganggu, Filipina Desak Indonesia Cabut Larangan Ekspor Batubara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News