Reporter: Asnil Bambani Amri, BBC Indonesia | Editor: Asnil Amri
YERUSALEM. Indonesia akan membuka kantor konsulat di Ramallah, yang dipimpin oleh seorang diplomat tingkat tinggi.
Pejabat konsulat RI di Ramallah itu secara tidak resmi juga menjadi wakil diplomasi dengan Israel, demikian seperti yang dilaporkan The Times of Israel, Jumat (06/07).
Kebijakan ini dipandang sebagai upaya meningkatkan hubungan Israel dengan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dan telah disetujui setelah perdebatan selama lima tahun, demikian yang disampaikan seorang sumber yang terlibat dalam proses pembicaraan.
Sumber itu juga menyebut, adanya politisi Australia dari sejumlah partai yang ada ''di dalam gambar'' ketika pembicaraan dilakukan.
Indonesia sendiri secara resmi menyajikan kebijakan untuk membuka konsulat di Tepi Barat sebagai bentuk dukungan atas kemerdekaan Palestina.
''Saya selalu menyuarakan agar negara-negara di Timur Tengah bersatu dan mendukung perjuangan Palestina,'' kata ketua DPR Marzuki Alie saat menghadiri pembukaan Konferensi Internasional untuk Kemerdekaan Al-Quds dan Palestina di Bandung, Jawa Barat, Rabu (04/07).
Ditanya menegenai pembukaan konsulat di wilayah Tepi Barat yang dikuasai Israel, Marzuki Alie mengatakan, ''Kehadiran konsulat disana jangan diartikan bahwa kami mengakui pendudukan Israel di Ramallah.''
Bagaimanapun, diplomat tingkat tinggi yang akan ditempatkan Indonesia untuk Otoritas Palestina, disebut-sebut akan berhubungan dengan Israel dan menjalankan tugas diplomatik.
Israel dan Indonesia dikabarkan membangu hubungan dagang, keamanan dan hubungan lainnya secara diam-diam. Warga Israel bisa mendapatkan visa kunjungan ke Bali di Singapura, dan banyak orang Indonesia juga bisa datang ke Israel untuk berziarah.
Namun begitu, Indonesia dan Israel saat ini tidak memiliki hubungan diplomatik secara resmi. Pada tahun 1993, PM Israel saat itu Yitzhak Rabin bertemu dengan Presiden Soeharto di kediamannya di Cendana Jakarta.
Selain itu, Menlu Israel Silvan Shalom juga pernah bertemu dengan Hasan Wirayuda saat KTT PBB berlangsung di New York tahun 2005. Begitu juga dengan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah mengungkapkan pendapat pribadinya yang mengusulkan pembukaan hubungan diplomatik dengan Israel.
Sementara itu, Teuku Faizasyah, juru bicara Presiden Yudhoyono bidang hubungan luar negeri ketika dihubungi BBC mengaku belum bisa mengkonfirmasi pemberitaan itu. ''Itu menjadi urusan kementerian luar negeri, tetapi sepengetahuan saya dua tahun lalu memang ada pembicaraan tentang penunjukkan konsul kehormatan di Ramallah,'' kata Teuku Faizasyah.
Ketika ditanya apakah dalam pembicaraan tentang konsul kehormatan itu sekaligus bertugas sebagai perwakilan dengan Israel Faizasyah menjawab: ''Tidak seperti itu.''
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News