kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

India jadi salah satu acuan BI saat kerek suku bunga sebesar 50 bps


Selasa, 03 Juli 2018 / 18:06 WIB
India jadi salah satu acuan BI saat kerek suku bunga sebesar 50 bps
ILUSTRASI. Gubernur BI Perry Warjiyo


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, keputusan untuk menaikan bunga acuan (BI7DRRR) sebesar 50 basis points (bps) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) akhir Juni lalu dilakukan setelah melalui proses analisis yang melibatkan data-data indikator ekonomi. Dalam rangka ahead the curve, BI juga menetapkan acuan (benchmark) riil interest rate. Salah satunya, India.

"Misalnya adalah India. Perlu (menaikan) 25 bps atau 50 bps? Kalau 25 bps berarti kan belum ahead the curve, dibandingkan dengan India. (Maka) perlu 50 bps," kata Perry dalam FDG dengan media di kantornya, Selasa (3/7).

Perry sebelumnya menghitung, dengan kenaikan sebesar 50 bps menjadi 5,25% dan ekspektasi inflasi tahun ini sebesar 3,5%, maka riil interest rate Indonesia mencapai 1,75%. Level itu dinilai Perry cukup menarik dibanding untuk menarik investor asing masuk. Dengan demikian, suplai dollar akan bertambah dan pada akhirnya bisa menstabilkan kurs rupiah.

Sebab, "Yang kita hadapi ini adalah investor global yang very picky karena dollar AS yang sangat kuat dan suku bunga AS juga tinggi," tambah dia. Jika investor asing ingin berinvestasi di emerging market, lanjut Perry, mereka akan memilah dan membandingkan imbal hasil dan premi risiko antar negara emerging market.

Meski begitu, Perry juga mengatakan bahwa keputusan untuk menaikan BI7DRRR sebesar 50 bps, juga sebagai langkah pre-emptive terhadap perkembangan ekonomi global terbaru. Utamanya, keputusan bank sentral Eropa (ECB) untuk menghentikan stimulus moneternya dan bank sentral China (PBoC) yang melonggarkan giro wajib minimumnya (GWM) sehingga terjadi depresiasi yuan.

Selain itu, keputusan untuk menaikan BI7DRRR tersebut juga sebagai langkah front loading. Artinya, kenaikan bunga acuan memperhatikan waktu yang lebih awal.

Makanya, "Dikatakan bahwa keputusan kenaikan suku bunga tersebut konsisten dengan kebijakan yang pre-emptive, front loading, dan ahead the curve dan untuk membuat daya saing pasar keuangan indonesia itu menarik," kata Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×