Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Manufaktur Indonesia menikmati kenaikan permintaan dan ekspor pada bulan lalu. Berdasarkan survei yang digelar Nikkei-Markit, Purchasing Managers' Index Indonesia (PMI) memanjat ke level tertinggi 10 bulan menjadi 51,2 di bulan April, dari sebelumnya 50.
Indeks manufaktur di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi, sedangkan di bawah level itu menunjukkan manufaktur suatu negara kontraksi.
Meski ada peluang pabrik-pabrik di Indonesia melakukan produksi lebih banyak, kurs rupiah yang cenderung melemah terhadap dollar AS membuat ekspansi lebih mahal.
"Manufaktur Indonesia memulai kuartal kedua 2017 dengan pijakan yang kuat dan berpotensi mendorong bisnis untuk lebih banyak meningkatkan produksi. Perkembangan positif lainnya, manufaktur Indonesia mengalami perputaran ekspor tertinggi sejak September tahun lalu," kata Pollyanna De Lima, Ekonom di IHS Markit, dalam rilisnya, Selasa (2/5).
Menurut De Lima, pertumbuhan manufaktur di Indonesia saat ini belum mendorong pembukaan lapangan pekerjaan baru. "Namun, dengan kecepatan permintaan seperti ini, seharusnya dalam jangka pendek perusahaan akan mencari pekerja baru untuk memenuhi kebutuhan produksi," tulisnya.
Risiko terhadap manufaktur Indonesia ke depan antara lain tekanan inflasi dan pelemahan rupiah terhadap dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News