Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) meramal angka inflasi pada tahun depan berada pada kisaran 6% hingga 7% year on year (YoY). Angka ini meningkat dibandingkan dengan yang ditargetkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yang sebesar 3,6%.
Ekonom Senior Indef Aviliani mengatakan, tingginya inflasi di tahun depan masih bisa diantisipasi oleh Indonesia. Hal ini sejalan dengan langkah pemerintah yang mulai menjaga stabilitas harga pangan dan juga beberapa kebijakan insentif yang ada didaerah.
Seperti yang diketahui, untuk mendapatkan insentif maka pemerintah daerah (pemda) berlomba-lomba untuk meningkatkan kebutuhan pangan di daerah masing-masing sehingga dapat menjaga laju inflasi. Belum lagi, saat ini di asosiasi provinsi ada kerjasama antar provinsi guna memenuhi kebutuhan pangan di domestik, sehingga tidak bergantung kepada impor.
"Saya melihat memang tahun depan inflasi tidak 3-4%, tapi mungkin di bawah 7%, tetapi masih sekitar 6%, karena kemandirian pangan mulai tumbuh dari masyarakat secara grassroot dan yang kedua secara konglomerasi sekarang sudah mulai main di pangan," ujar Aviliani dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2023: Mengelola Ketidakpastian Ekonomi di Tahun Politik, Senin (5/12).
Baca Juga: Jelang Nataru, NFA Ungkap Harga Empat Komoditas Pangan Ini Alami Kenaikan
Hanya saja, apabila nilai tukar Rupiah menyentuh angka Rp 15 ribu di tahun depan, tidak mungkin para industri makanan dan minuman akan ikut menaikkan harganya karena tidak mampu mempertahankan harga.
"Jadi akan ada kenaikan harga khususnya makanan minuman di tahun depan," katanya.
Sementara itu, Indef memperkirakan harga komoditas masih akan tinggi di tahun depan, hanya saja tidak akan setinggi berkah di tahun ini. Untuk itu, harga komoditas masih akan berdampak kepada penerimaan negara di tahun depan.
"Jadi pemerintah tahun depan sampai kuartal III masih akan mendapatkan windfall komoditas, yang kedua banyak negara masih melarang ekspor ke negara lain maka kita akan diuntungkan dengan CPO dan batu bara, itu masih akan terjadi di tahun depan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News