kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Indef Ramal Inflasi Tahun Depan Berkisar 6%-7%


Senin, 05 Desember 2022 / 19:38 WIB
Indef Ramal Inflasi Tahun Depan Berkisar 6%-7%
ILUSTRASI. Aktivitas jual beli di pasar tradisional, Bekasi, Jawa Barat, Senin (29/10).? KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) meramal angka inflasi pada tahun depan berada pada kisaran 6% hingga 7% year on year (YoY). Angka ini meningkat dibandingkan dengan yang ditargetkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yang sebesar 3,6%.

Ekonom Senior Indef Aviliani mengatakan, tingginya inflasi di tahun depan masih bisa diantisipasi oleh Indonesia. Hal ini sejalan dengan langkah pemerintah yang mulai menjaga stabilitas harga pangan dan juga beberapa kebijakan insentif yang ada didaerah.

Seperti yang diketahui, untuk mendapatkan insentif maka pemerintah daerah (pemda) berlomba-lomba untuk meningkatkan kebutuhan pangan di daerah masing-masing sehingga dapat menjaga laju inflasi. Belum lagi, saat ini di asosiasi provinsi ada kerjasama antar provinsi guna memenuhi kebutuhan pangan di domestik, sehingga tidak bergantung kepada impor.

"Saya melihat memang tahun depan inflasi tidak 3-4%, tapi mungkin di bawah 7%, tetapi masih sekitar 6%, karena kemandirian pangan mulai tumbuh dari masyarakat secara grassroot dan yang kedua secara konglomerasi sekarang sudah mulai main di pangan," ujar Aviliani dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2023: Mengelola Ketidakpastian Ekonomi di Tahun Politik, Senin (5/12).

Baca Juga: Jelang Nataru, NFA Ungkap Harga Empat Komoditas Pangan Ini Alami Kenaikan

Hanya saja, apabila nilai tukar Rupiah menyentuh angka Rp 15 ribu di tahun depan, tidak mungkin para industri makanan dan minuman akan ikut menaikkan harganya karena tidak mampu mempertahankan harga.

"Jadi akan ada kenaikan harga khususnya makanan minuman di tahun depan," katanya.

Sementara itu, Indef memperkirakan harga komoditas masih akan tinggi di tahun depan, hanya saja tidak akan setinggi berkah di tahun ini. Untuk itu, harga komoditas masih akan berdampak kepada penerimaan negara di tahun depan.

"Jadi pemerintah tahun depan sampai kuartal III masih akan mendapatkan windfall komoditas, yang kedua banyak negara masih melarang ekspor ke negara lain maka kita akan diuntungkan dengan CPO dan batu bara, itu masih akan terjadi di tahun depan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×