Reporter: Martyasari Rizky | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksikan, inflasi bulan September 2018 berada di kisaran angka 0,20% (mtm).
Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi di periode yang sama tahun 2017 di level 0,13%. Ia memperkirakan, faktor utama pendorong inflasi adalah inflasi dari kegiatan impor pada komponen nonpangan.
Sementara itu, efek pelemahan rupiah pada harga pangan masih belum terlihat signifikan, hal itu karena stok pangan masih menggunakan stok dua sampai tiga bulan sebelumnya.
"Efek pelemahan kurs rupiah ke harga pangan diprediksi mulai terlihat di bulan Oktober sampai Desember 2018, ketika pedagang sudah menyesuaikan harga baru," ujar Bhima. Jumat (28/9).
Faktor lainnya adalah faktor musiman, di mana pada bulan September, terjadi inflasi pendidikan, rekreasi, dan olaharaga yang dinilai akan cukup meningkat tinggi. Efek tahun ajaran baru di sekolah masih akan berimbas ke inflasi hingga pada bulan September 2018.
Serta, yang perlu diwaspadai untuk ke depannya adalah kenaikan harga minyak dunia akan menekan harga BBM, ada kemungkinan BBM jenis nonsubsidi kembali dinaikkan.
"Inflasi administered price juga beresiko meningkat," ujarnya. Sampai akhir 2018, Bhima memperkirakan inflasi akhir tahun sebesar 3,6% sampai dengan 3,7%. Di tahun 2019, inflasi diprediksi akan berada di angka 4,2% karena tekanan dari volatile food dan administered prices yang semakin berat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News