kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.910.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Impor pakaian bekas dan jeroan bakal dihapus


Senin, 02 Februari 2015 / 16:24 WIB
Impor pakaian bekas dan jeroan bakal dihapus
ILUSTRASI. setoran PPh 21 alias pajak karyawan memiliki kontribusi sebesar 11,2% terhadap penerimaan pajak pada Juli 2023


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengungkapkan pasar di Indonesia telah banyak diserbu oleh produk luar negeri yang memiliki kualitas rendah dan membahayakan masyarakat.

Dua produk impor yang disoroti Gobel adalah pakaian bekas dan jeroan. Pakaian bekas yang masuk ke Indonesia banyak yang ilegal. Selain itu, kualitas yang ada di Indonesia pun sangat buruk. Gobel mengaku sudah meminta hasil uji tes laboratorium terhadap pakaian bekas dari luar negeri.

"Nanti hasil laboratorium akan diumumkan," ujar Gobel di istana kepresidenan, Senin (2/2).

Rachmat Gobel juga mengungkapkan keinginannya menghentikan impor jeroan dari Australia. Menurut dia, impor jeroan itu sangat melukai harkat martabat sebagai bangsa Indonesia. "Kalau jeroan impor dari luar negeri malu nggak? Sementara di Australia, jeroan untuk binatang, dan itu bebas. Kita makan coba, di mana martabat bangsa coba?" kata dia.

Ketimbang melakukan impor jeroan, Gobel melihat lebih baik Indonesia membuat industri peternakan yang teringerasi. Pengembangan industri dalam negeri, kata dia, harus difokuskan dalam lima tahun mendatang dan melibatkan semua pihak terkait.

Gobel berpendapat bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi pasar yang luar biasa besar dan tidak dimiliki negara lain. Namun, sayangnya, pasar yang besar ini justru digempur oleh produk impor kualitas rendah yang berujung membahayakan keselamatan hingga kesehatan masyarakat.

"Coba kalau pasar kita diisi buah-buahan terkontaminasi, pakaian bekas ilegal, barang-barang berkualitas rendah. Nanti kita nggak bisa memanfaatkan pasar kita untuk membangun, bagaimana kita membangun industri kalau seperti itu? Yang rugi adalah konsumen," ungkap Gobel. (Sabrina Asril)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×