Reporter: Rika Panda | Editor: Edy Can
JAKARTA. Pemerintah mulai membatasi impor daging sapi. Kementerian Pertanian (Kemtan) sudah menetapkan tahun depan impor daging sapi maksimal cuma 20% dari total kebutuhan. Sisanya 80% kebutuhan daging akan dipenuhi dari peternak sapi lokal.
Suswono, Menteri Pertanian mengatakan, sesuai hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS), populasi sapi potong lokal saat ini mencapai 14,8 juta ekor. Dengan jumlah populasi tersebut, sudah bisa memenuhi kebutuhan daging sapi nasional sebesar 80% dari total konsumsi. "Para peternak sebenarnya meminta impor daging sapi dihentikan saja, tetapi kita harus realistis, ada kebutuhan daging sapi yang masih diimpor," ujarnya, Senin (19/12).
Nah, dalam rapat koordinasi ketahanan pangan pekan lalu, Kemtan telah menetapkan kuota impor daging sapi pada 2012 sebanyak 85.000 ton atau 17,5% dari total kebutuhan nasional 485.714 ton.
Rinciannya, kuota impor daging sapi beku sebesar 34.000 ton, serta impor sapi bakalan sebanyak 311.545 ekor atau setara 51.000 ton daging sapi beku. Satu ekor sapi diperkirakan menghasilkan 163,7 kilogram daging.
Suswono menjelaskan keputusan kuota impor itu telah dibicarakan dengan berbagai pihak dengan mengacu pada hasil sensus sapi BPS. Sebelum dilakukan sensus sapi oleh BPS, populasi sapi di Indonesia sekitar 12 juta ekor.
Maka itu, kontribusi impor daging tahun ini ditetapkan sebesar maksimal 35% dari total kebutuhan dalam negeri. Rinciannya kuota impor daging sapi beku sebanyak 93.000 ton dan sapi bakalan 600.000 ekor.
Kendati impor tahun depan dikurangi, tapi kata Suswono, peluang untuk menambah impor tak tertutup. Tentu saja melihat perkembangan kebutuhan daging dalam negeri. "Mudah-mudahan bisa dipenuhi dari lokal," katanya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Impor Daging Indonesia Thomas Sembiring menilai, penurunan kuota impor daging sapi tahun depan terlalu besar. Keputusan ini dinilai bersifat politis sekadar menunjukkan bahwa mampu swasembada daging di tahun 2014. "Kalau seperti ini sapi lokal bisa habis," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News