Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mendung tebal diyakini masih menyelimuti prospek perekonomian dunia. Ini membuat Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2022.
Menurut hitungan lembaga tersebut, perekonomi dunia tahun ini hanya mampu tumbuh 3,2% yoy, atau lebih rendah 0,4% dari perkiraan pada April 2022 lalu. Ini berarti, akan ada perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022, setelah perekonomian mulai ngegas tipis pada tahun 2021 dengan capaian pertumbuhan 6,1% yoy.
“Pemulihan ekonomi yang terjadi sementara pada tahun 2021 rupanya diikuti dengan perkembangan yang diliputi awan mendung, seiring risiko global yang makin nyata di 2022,” tulis lembaga tersebut dalam laporan World Economic Outlook edisi Juli 2022.
Beberapa peristiwa memang sudah terjadi, bahkan hanya dalam enam bulan pertama tahun ini. Seperti inflasi global yang lebih tinggi dari perkiraan, terutama di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Ini memicu pengetatan di sektor finansial.
Baca Juga: Ingatkan Ancaman Resesi, IMF Pangkas Lagi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global
Kemudian, ada perlambatan ekonomi di China yang disebabkan oleh peningkatan kembali kasus Covid-19. Karena mau tak mau, pemerintah negara tirai bambu kembali menerapkan penguncian sementara aktivitas di sana.
Pun dari sisi ketegangan antara Rusia dan Ukraina, belum menemukan titik terang. Perang di Ukraina bisa memicu penghentian impor gas Eropa dari Rusia. Dengan demikian, kondisi peningkatan inflasi makin tak terelakan. Tensi geopolitik ini juga bisa mempengaruhi kondisi perdagangan.
Bila awan hitam ini masih bergelayut, IMF bahkan tak segan memberikan skenario terburuk. Ekonomi dunia pada tahun ini hanya mentok tumbuh 2,6% yoy dan kembali melambat pada tahun 2023 di 2,0% yoy.
“Skenario ini sangat mungkin, bila risiko makin parah, seperti tensi geopolitik makin panas, pengetatan finansial menimbulkan masalah utang, juga peningkatan kasus Covid-19 yang menimbulkan lockdown, serta inflasi yang makin tak terkendali,” jelas lembaga tersebut.
Bila skenario terburuk ini terjadi, berarti produk domestik bruto (PDB) dunia tahun ini di bawah 10% dari hasil sejak tahun 1970.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News