Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia terus melonjak. Harga minyak Brent bahkan sempat menembus level US$ 70 per barel untuk kali pertama dalam tiga tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh pemangkasan produksi oleh OPEC dan meningkatnya permintaan. Hal tersebut menyebabkan surplus pasokan minyak global kian menipis.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistyaningsih mengatakan, kenaikan harga minyak ini akan mempengaruhi kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) baik dari sisi positif maupun negatif. Oleh karena itu, apabila sudah terlampau jauh dari asumsinya yang sebesar US$ 48 per barel, pemerintah perlu mengajukan perubahan asumsi harga minyak kepada DPR.
“Sebaiknya APBNP lebih cepat lebih baik. Supaya bisa memaksimalkan realisasi, tetapi jangan terlalu cepat karena mungkin dianggap terlalu tergesa-gesa dan reaktif. April mungkin pas, sambil menunggu perkembangan,” kata Lana kepada Kontan.co.id, Senin (15/1).
Lana melihat, efek kenaikan harga minyak dunia terhadap APBN lebih banyak sisi positifnya karena akan menambah penerimaan pemerintah yang berkait migas, terutama pajak migas.
“Dengan menetapkan asumsi ICP yang konservatif di US$ 48 per barel di APBN 2018, penerimaan pemerintah yang terkait migas berpeluang menjadi lebih besar daripada perkiraan awal,” ujarnya.
Namun demikian, apabila subsidi ditambah atau dengan kata lain harga BBM tidak dinaikkan, efeknya akan negatif. Menurut Lana, harapannya kalaupun BBM naik, bisa dilakukan setelah Lebaran.
Harga minyak dunia sendiri menurut Lana akan sangat tergantung geopolitik, “Kalau melihat kondisi sekarang bisa-bisa naik sampai US$ 75- US$ 80 per barel,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News