Reporter: Herlina KD | Editor: Edy Can
JAKARTA. Defisit perdagangan Indonesia dengan China kian tipis. Per Agustus lalu, neraca perdagangan Indonesia turun menjadi sebesar US$ 61 juta dari sebelumnya sebesar US$ 294,3 juta.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia ke China selama Agustus lalu sebesar US$ 1,923 miliar. Sedangkan, nilai impor ke Negeri Panda tersebut tercatat sebesar US$ 1,984 miliar.
Kepala BPS Rusman Heriawan menjelaskan, mengecilnya angka defisit perdagangan dengan China karena harga komoditas primer seperti minyak kelapa sawit dan batubara yang sedang naik. Selain itu, "Apreasiasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat membuat barang-barang impor dari China lebih murah," katanya, Senin (3/10).
Kendati ekspor ke China kian membesar tidak halnya dengan Jepang dan Korea Selatan. Rusman mengatakan, neraca perdagangan dengan Jepang yang biasanya surplus ternyata mulai defisit. Begitu juga dengan Korea Selatan. Dia melihat angka surplus perdagangan dengan Negeri Ginseng ini kian menggerut.
Hal yang menggembirakan justru datang dari perdagangan dengan India. BPS mencatat, pada Juli 2011 nilai ekspor ke India hanya sebesar US$ 1,032 miliar kemudian melonjak tajam pada Agustus 2011 menjadi sebesar US$ 1,389 miliar. "Ternyata secara ekonomi India sangat signifikan makanya kami masukkan India sebagai negara yang cukup dominan dalam perdagangan bilateral," jelasnya.
Total ekspor pada Agustus 2011 lalu tercatat sebesar US$ 18,81 miliar dan impor sebesar US$ 15,05 miliar. Dengan demikian, nilai surplus perdagangan mencapai US$ 3,76 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













