Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Mandiri meyakini masih ada surplus besar pada neraca perdagangan barang April 2022. Menurut perhitungan lembaga tersebut, keuntungan neraca perdagangan pada bulan tersebut sebesar US$ 4,23 miliar.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, surplus neraca perdagangan ini masih dipengaruhi oleh ekskalasi ketegangan di Rusia dan Ukraina yang meningkatkan harga komoditas. Indonesia bisa mendapat untung dari ini.
“Peningkatan harga komoditas global kemudian bisa mendukung kinerja ekspor, dan juga neraca perdagangan barang,” kata Faisal kepada Kontan.co.id, Jumat (13/5).
Baca Juga: Bank Permata Proyeksi Surplus Necara Perdagangan April 2022 Turun
Faisal kemudian memerinci, nilai ekspor Indonesia diperkirakan sekitar US$ 26,37 miliar atau naik 42,70% yoy, meski bila dibandingkan dengan Maret 2022, ekspor tampak tergerus 0,49% mom.
Peningkatan ekspor secara tahunan didorong oleh peningkatan harga batubara sebesar 227% dan minyak sawit atau crude palm oil (CPO) yang meningkat 56% yoy.
Nah, penurunan ekspor secara bulanan dipengaruhi oleh penurunan aktivitas manufaktur di China akibat Covid-19. Ini juga mempengaruhi adanya penurunan permintaan dari China, yang notabene mitra dagang terbesar Indonesia.
Dari sisi impor, diperkirakan impor Indonesia pada April 2022 sekitar US$ 22,27 miliar atau naik 36,72% yoy. Bila secara bulanan, impor tampak meningkat 1,36% mom. Kinerja ini didorong momen Lebaran dan Idul Fitri yang meningkatkan permintaan Indonesia.
Baca Juga: Airlangga: Indonesia di Jalur yang Tepat Hadapi Tantangan Global
Ke depan, Faisal memperkirakan surplus neraca perdagangan masih akan bertahan selama beberapa waktu. Ini dipengaruhi tren kenaikan harga komoditas di tengah krisis energi global yang sedang berlangsung.
Namun, surplus neraca perdagangan bisa menyusut karena kinerja impor juga mengejar, seiring peningkatan permintaan dalam negeri yang kemudian menggerakkan roda perekonomian dan juga aktivitas impor.
Akan tetapi, Faisal mengingatkan, adanya larangan ekspor CPO dari Indonesia sejak akhir April 2022 bisa menurunkan kinerja ekspor sampai taraf tertentu. Lamanya waktu larangan ekspor CPO ini juga turut menentukan kondisi neraca perdagangan barang ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News