kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Giliran harga gula membubung tinggi


Senin, 11 Februari 2013 / 20:53 WIB
Giliran harga gula membubung tinggi
ILUSTRASI. Sejumlah murid mengikuti kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri 24, Banda Aceh, Aceh. ANTARA FOTO/Ampelsa/rwa.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Setelah persoalan daging dengan harga yang kian melambung kini masyarakat Indonesia dihadapkan pada persoalan melambungnya harga gula. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah dan Bulog Natsir Mansyur mengatakan, perbedaan atau disparitas harga penjualan gula di Pulau Jawa dan luar pulau Jawa, membuat harga gula melambung tinggi. 

Karena itu, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Koordinator Perekonomian perlu  cepat melakukan langkah konkret untuk persoalan tahunan ini. Sebab, lanjut Natsir, harga gula saat ini di Pulau Jawa sudah mulai naik dari Rp 8.800 per kilogram menjadi Rp 11.500 per kilogramnya. 

Untuk harga jual gula di luar pulau Jawa, mencapai Rp 12.800 untuk setiap kilogramnya. Sementara harga jual gula di daerah perbatasan mencapai Rp 19.000 per kilogramnya. "Jika kita lihat saat ini bulan Februari, sementara musim panen Mei, berarti ada ketidakcermatan pemerintah dalam menghitung neraca gula dan swasembada gula," ungkap Natsir melalui pernyataan tertulis kepada KONTAN pada Senin (11/2). 

Natsir menilai, program ideal capacity pemberian impor raw sugar tidak efektif, lambat dan ada perusahaan yang justru tidak sanggup melaksanakan program tersebut, sehingga membuka peluang terjadinya perembesan gula kristal rafinasi terutama pada daerah kawasan timur Indonesia.

Karena itu, pihaknya menyayangkan, Kementan, Kemenperin, Kemendag, dan Kemenko Perekonomian lebih menjaga harga gula di Jawa dibanding luar Jawa, sehingga disparitas harga sangat tinggi. 

"Lalu siapa yang bertanggungjawab terhadap disparitas harga yang tinggi ini? Ini sudah menjadi ritual atau masalah tahunan yang sering berulang dengan penanganan panik dan ad hoc," tandas Natsir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×