Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lebaran tahun ini bisa jadi kurang meriah jika dibandingkan dengan tahun lalu jika penyebaran virus corona belum bisa diatasi. Pasalnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperpanjang status darurat bencana wabah virus corona di Indonesia hingga 29 Mei 2020, atau melewati masa Idul Fitri pada tanggal 24 Mei 2020.
Jika ada pembatasan perjalanan dan status darurat, ada kemungkinan terjadi penurunan arus mudik dan perputaran uang. Dengan adanya perpanjangan status darurat ini, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksikan, jumlah pemudik di tahun ini akan turun tajam.
Baca Juga: Gubernur DKI minta perkantoran tutup selama 14 hari sejak 20 Maret
"Jumlah pemudik diperkirakan akan menurun cukup tajam, selain karena virus corona, ada kekhawatiran gejolak ekonomi menekan daya beli. Beberapa perusahaan dalam kondisi cashflow yang terimbas corona, dikhawatirkan mengurangi jatah THR. Itu konsekuensi dari efisiensi," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (20/3).
Di sisi lain, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian, pada tahun 2019 lalu melakukan Survei Potensi Pemudik Angkutan Lebaran Tahun 2019 di wilayah Jabodetabek.
Hasilnya, diprediksi bahwa populasi yang melakukan mudik pada tahun 2019 di wilayah Jabodetabek ada sebanyak 3,5 juta rumah tangga, dengan total populasi pemudik sebanyak 14,9 juta orang atau 44,1% dari total penduduk Jabodetabek tahun 2018 sebanyak 33,76 juta orang.
Baca Juga: Gubernur DKI Anies Baswedan tetapkan Jakarta tanggap darurat bencana corona
Di dalam survei tersebut, diperkirakan sekitar 20,9% pemudik menghabiskan dana di lokasi mudik dengan kisaran Rp 500.000-Rp 1.500.000 dan 20,1% menghabiskan dana sekitar Rp 1.500.000-Rp 2.500.000.