Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investors Services merilis riset soal profil kredit Indonesia yang buka merupakan tindakan pemeringkatan.
Dalam risetnya, Moody’s menyatakan bahwa mempertimbangkan untuk meningkatkan peringkat sovereign Baa3 jika Indonesia menunjukkan kemajuan lebih jauh.
Dalam riset yang dikutip KONTAN, Selasa (6/2), Moody’s akan memperhatikan kerentanan eksternal Indonesia. Adapun pada saat yang sama, Indonesia perlu menunjukkan peningkatan kelembagaan. Salah satu indikasi positif dari hal ini adalah pengurangan ketergantungan pemerintah terhadap utang luar negeri.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara mengatakan, pihaknya percaya diri bahwa Indonesia akan mendapatkan kenaikan peringkat di tahun ini. Sebab, kondisi ekonomi di 2017 terbilang baik, yakni tumbuh 5,07%.
“Lalu inflasi di 3,6% dan fiskal dengan defisit 2,5%. Capaian penerimaan pajak apalagi PPN bisa tumbuh di atas 16% saya rasa kondisi ekonomi kita secara fundamental, makro fiskalnya cukup terjaga,” ujarnya di Gedung DPR RI, Selasa (6/2).
“Dan ini yang akan kami sampaikan kalau ada visit karena Moody’s ini kan terbitkan studi ya, tapi untuk penilaian rating mereka akan menjadwalkan kapan waktunya,” lanjutnya.
Ekonom BCA David Sumual mengatakan, concern dari Moody’s sudah beralih dari yang sebelumnya mencermati NPL dan subsidi, sekarang ke masalah fiskal dan ketergantungan kita terhadap pendanaan luar negeri.
Oleh karena itu, Indonesia perlu lebih banyak diversifikasi pendanaan. “Sekarang Dapen (dana pensiun) berperan di SPN (surat perbendaharaan negara). Pendanaan proyek bank-bank juga masuk. Pemerintah peran swasta juga didorong. Saya pikir tren membaiknya sudah ada,” ujar dia.
Adapun menurut David, penerimaan pajak tahun ini perlu diseimbangkan kembali dengan kemungkinan realisasinya, tetapi tax ratio harus meningkat juga karena banyak pelaku ekonomi yang balum optimal penerimaan pajaknya. “Tapi jangan ganggu confidence,” kata David.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, pertumbuhan ekonomi hanya sebagian kecil pertimbangan dari rating utang. Namun, sisi fiskal itulah yang perlu jadi perhatian.
“Jangan lupa bahwa tekanan fed rate naik, beban utang makin mahal. Rupiah juga kalau depresiasi utang makin mahal karena banyak SBN Valas. Beban beban itu harus di-address oleh pemerintah,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News