kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Fed Fund Rate naik, Sri Mulyani: Ini era baru


Kamis, 27 September 2018 / 11:52 WIB
Fed Fund Rate naik, Sri Mulyani: Ini era baru
ILUSTRASI. Menkeu Sri Mulyani


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semalam, bank sentral AS alias The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25%. Dengan demikian, saat ini Fed Fund Rate (FFR) menjadi 2% hingga 2,25%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa kenaikan suku bunga The Fed memang akan membawa dampak ke negara emerging market, termasuk Indonesia. Namun demikian, hal ini sudah disiapkan dengan baik oleh pemerintah.

“Semalam The Fed naikkan suku bunga acuan. Ini membawa impact ke emerging market karena selama ini emerging market menikmati longgarnya kebijakan moneter AS,” ujar Sri Mulyani dalam pertemuan dengan kamar dagang AS, Jakarta, Kamis (27/9)

Ia melanjutkan, dengan demikian, kenaikan suku bunga The Fed adalah pertanda era baru dari perekonomian dunia.

Sebelumnya, AS memiliki suku bunga acuan nol persen, tetapi seiring tumbuh cepatnya ekonomi di AS, suku bunga acuan dinaikkan atau kembali ke normal.

“Dengan demikian ini adalah ‘normal baru’ atau new normal yang kami antisipasi,” ucapnya.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang menyebabkan ketidakpastian seperti kenaikan suku bunga acuan AS ini, Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah khususnya Kementerian Keuangan (Kemkeu) telah menyiapkan bantalan bagi ekonomi.

Ia menegaskan, dengan demikian Indonesia berbeda dengan negara lainnya yang kesulitan saat tekanan melanda. Misalnya, Argentina.

“Anggaran Indonesia sehat dengan primary balance yang baik. Indonesia tidak seperti Argentina yang saat ini perlu mengganti kebijakan fiskal-nya dengan rekomendasi IMF,” kata dia.

“Indonesia tidak butuh International Monetary Fund (IMF) untuk memberi tahu itu (perbaikan fiskal). Ketika anggaran kuat, ini adalah alat utama saat menghadapi ini. Untuk menyerap tekanan,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×