kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Fed Fund Rate naik, Sri Mulyani: Ini era baru


Kamis, 27 September 2018 / 11:52 WIB
Fed Fund Rate naik, Sri Mulyani: Ini era baru
ILUSTRASI. Menkeu Sri Mulyani


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semalam, bank sentral AS alias The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25%. Dengan demikian, saat ini Fed Fund Rate (FFR) menjadi 2% hingga 2,25%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa kenaikan suku bunga The Fed memang akan membawa dampak ke negara emerging market, termasuk Indonesia. Namun demikian, hal ini sudah disiapkan dengan baik oleh pemerintah.

“Semalam The Fed naikkan suku bunga acuan. Ini membawa impact ke emerging market karena selama ini emerging market menikmati longgarnya kebijakan moneter AS,” ujar Sri Mulyani dalam pertemuan dengan kamar dagang AS, Jakarta, Kamis (27/9)

Ia melanjutkan, dengan demikian, kenaikan suku bunga The Fed adalah pertanda era baru dari perekonomian dunia.

Sebelumnya, AS memiliki suku bunga acuan nol persen, tetapi seiring tumbuh cepatnya ekonomi di AS, suku bunga acuan dinaikkan atau kembali ke normal.

“Dengan demikian ini adalah ‘normal baru’ atau new normal yang kami antisipasi,” ucapnya.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang menyebabkan ketidakpastian seperti kenaikan suku bunga acuan AS ini, Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah khususnya Kementerian Keuangan (Kemkeu) telah menyiapkan bantalan bagi ekonomi.

Ia menegaskan, dengan demikian Indonesia berbeda dengan negara lainnya yang kesulitan saat tekanan melanda. Misalnya, Argentina.

“Anggaran Indonesia sehat dengan primary balance yang baik. Indonesia tidak seperti Argentina yang saat ini perlu mengganti kebijakan fiskal-nya dengan rekomendasi IMF,” kata dia.

“Indonesia tidak butuh International Monetary Fund (IMF) untuk memberi tahu itu (perbaikan fiskal). Ketika anggaran kuat, ini adalah alat utama saat menghadapi ini. Untuk menyerap tekanan,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×