Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angka pengetesan atau testing virus corona (Covid-19) masih menjadi perhatian dalam penanganan pandemi Covid-19.
Pasalnya, saat ini angka testing di Indonesia masih jauh dari kondisi ideal dalam penanganan Covid-19. Selain target testing 1 per 1.000 orang per minggu, angka testing juga harus memerhatikan rasio kasus positif atau positivity rate.
"Meski pun sudah tercapai standar tadi, tapi harus mengarah ke positivty rate di bawah 5%. Kalau Belum ya ditingkatkan terus," ujar Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (2/8).
Dicky menyebut saat ini masih banyak kabupaten dan kota yang belum memenuhi ketentuan tersebut. Oleh karena itu perlu peningkatan testing yang masif.
Baca Juga: Menkes upayakan Indonesia jadi hub vaksin Covid-19 berteknologi mRNA
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, positivity rate mingguan 25-31 Juli masih sebesar 25,63%. Angka tersebut diperoleh dengan rata-rata testing sebanyak 157.000 orang per hari.
Masih minimnya testing di Indonesia, akan menimbulkan dampak besar dalam pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat ini. Minimnya pemeriksaan akan memicu lonjakan kasus dan berakibat pada lonjakan angka kematian.
"Ini sudah terjadi dan sedang terjadi, akibatnya adalah kematian yang tinggi di masyarakat," ungkap Dicky.
Selain testing, pelacakan atau tracing juga menjadi sorotan Dicky dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. Dicky bilang perlu adanya upaya tracing hingga 20 orang dalam satu kasus.
Hal itu bila pada hari ini terdapat tambahan 22.404 kasus baru, maka perlu dilakukan pengetesan kepada 20 orang kontak erat dalam waktu 3 hari. Sehingga, angka testing juga harus meningkat bila ada lonjakan kasus.
Selanjutnya: Hasil seleksi administrasi CPNS 2021 bisa dicek di sscasn.bkn.go.id, ini caranya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News