Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Togar Sitanggang mengatakan, ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) hingga saat ini sedang dalam tren penurunan. Ekspor CPO hingga akhir tahun diperkirakan menurun 5%, lebih rendah dari prediksi awal yang naik 10%. Dengan demikian, diperkirakan devisa dari sektor ini tidak sebanyak tahun lalu.
Penurunan ekspor CPO disebabkan negara importir sawit seperti India dan Uni Eropa yang menaikkan bea masuk sehingga stok melimpah dan harga jatuh. "Negara importir sawit berulah, India kenakan pajak ekspor, Uni Eropa juga pajak ekspor, ini tren sampai sekarang. Ini akibatkan tinggi stok, rendahnya harga," kata Togar saat diskusi di Hotel Millenium Sirih, Jakarta, Rabu (8/8).
Imbasnya devisa dari sektor ini akan mengecil. "Artinya, kalau kita lihat sawit menyumbang devisa terbesar, tahun ini kami tidak besar seperti tahun lalu. Ini juga yang mempengaruhi neraca perdagangan kita," lanjutnya.
Asal tahu saja, berdasarkan data GAPKI, ekspor minyak kelapa sawit pada semester pertama 2018 turun 6% menjadi 14,16 juta ton dibandingkan periode sama tahun 2017 sebesar 15,04 juta ton. Sementara itu, jika ekspor dihitung dengan biodiesel dan oleochemical, volume penjualan turun 2% dari 15,62 juta ton menjadi 15,30 juta ton pada periode yang sama.
GAPKI juga mencatat, ekspor CPO ke India pada semester pertama 2018 anjlok 34% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu dari 3,74 juta ton menjadi 2,50 juta ton.
Adapun, ekspor ke Uni Eropa pada semester I tahun ini turun 12% menjadi 2,39 juta ton dari 2,71 juta ton per semester I 2017. Penurunan kinerja ekspor untuk periode yang sama juga terjadi di beberapa negara di benua Afrika sebesar 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News