kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Ekspektasi Pemilu 2023, Survei Populix: Gen Z Punya Harapan Tinggi, Millenial Skeptis


Rabu, 24 Januari 2024 / 15:05 WIB
Ekspektasi Pemilu 2023, Survei Populix: Gen Z Punya Harapan Tinggi, Millenial Skeptis
ILUSTRASI. Alat peraga kampanye (APK) berupa bendera partai memadati pagar pembatas, jalan layang dan fasilitas umum lainnya di Jakarta, Kamis (18/1). Aturan pemasangan APK seharusnya tidak dibolehkan di fasilitas umum, termasuk memaku di pohon. Namun, realitasnya ruang fasilitas umum menjadi rebutan bendera, spanduk, flyer parpol, capres dan caleg. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/18/01/2024


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menurut data rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) 2024, pemilih dari Generasi Z (17-30 tahun) dan Milenial (31-40 tahun) mendominasi pada Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45% dari total keseluruhan pemilih. 

Dominasi pemilih muda tersebut akan mengubah perspektif masyarakat terhadap harapan dan ekspektasi kepada calon pemimpin Indonesia 5 tahun kedepan. 

Untuk mempelajari lebih lanjut harapan dan prioritas pemilih muda pada Pemilihan Presiden Indonesia 2024, Populix meluncurkan studi bertemakan “Expectations of Young Voters in the 2024 Indonesian Presidential Election”.

Baca Juga: Jusuf Kalla: Tidak Ada Proses Pemilu Seburuk Ini

Studi ini mempelajari lebih mendalam tentang perspektif pemilih muda khususnya terkait isu-isu sosial dan lingkungan, reformasi pendidikan, penciptaan lapangan kerja, dan pembangunan berkelanjutan. 

"Dalam menyongsong pemilihan umum 2024, aspirasi antara Generasi Z dan Milenial jumlah mereka yang besar dan berpengaruh. Oleh karena itu mengenali betul aspirasi mereka juga menjadi bagian penting. Kami menemukan, meski sama-sama muda, kedua generasi ini punya banyak perbedaan. Generasi Z, sebagai pemilih pertama, membawa harapan tinggi terhadap pemimpin yang netral dan pro-rakyat, sementara Milenial, yang lebih pragmatis, menilai pemimpin berdasarkan kemampuan ekonomi dan jaminan kesejahteraan. Sebagai pemegang suara yang kritis, keduanya mengharapkan pemimpin dengan integritas, visi jelas, dan kemampuan memecahkan masalah," ungkap Vivi Zabkie, Head of Social Research Populix, dikutip dari keterangan resmi yang diterima, Rabu (24/1).

Baca Juga: Pilpres 2024 Diprediksi Dua Putaran, Cek Jadwal & Aturan Pilpres Putaran II

Lebih lanjut Vivi menjelaskan, Generasi Z, yang didominasi oleh pemilih pertama, membawa harapan tinggi terhadap calon pemimpin negara.

Mereka cenderung enggan untuk terikat dengan organisasi atau komunitas politik tertentu. Pemimpin ideal menurut pandangan mereka adalah sosok yang netral, pro-rakyat, dan mampu menjadi perintis terobosan baru. 

Aspirasi mereka tidak hanya sebatas keuntungan pribadi, tetapi lebih terfokus pada pemimpin yang dapat membawa perubahan positif, terutama yang berdampak langsung kepada anak muda.

Sementara itu, generasi milenial cenderung lebih pragmatis dan skeptis. Mereka melakukan pemeriksaan yang lebih teliti terhadap rekam jejak para kandidat dan menganalisis dampak pemilu sebelumnya terhadap tanah air.

Baca Juga: Mahfud MD Akan Mundur Dari Menteri Jokowi, Cek Profil & Sepak Terjangnya

Pemimpin ideal menurut pandangan mereka adalah sosok yang mampu memajukan kondisi perekonomian, memberikan jaminan atas kehidupan profesional, dan kesejahteraan keuangan mereka.

Selain itu, terdapat tiga persona pemilih pada pemilu 2024 diantaranya, pemilih independen, yang lebih memilih presiden yang tidak terafiliasi dengan partai politik mana pun.

Selain itu, terdapat pemilih yang mengutamakan kesamaan identitas. Mereka cenderung memilih presiden yang memiliki kesamaan identitas dengan mereka, seperti kesamaan etnis, daerah asal, atau agama. 

Biasanya, mereka juga cenderung memilih kandidat laki-laki. Terakhir, yaitu pemilih yang berpegang pada integritas kandidat dengan mengevaluasi masing-masing kandidat presiden berdasarkan kapabilitas dan pengalaman mereka sendiri.

Kelompok ini mengharapkan presiden yang jujur, anti korupsi, memiliki visi yang jelas, memiliki kompetensi yang telah terbukti, rendah hati, mampu menjawab tantangan yang dihadapi Indonesia, memiliki rekam jejak yang kuat, bertekad kuat, berprinsip, dan independen dari partai politik.

Baca Juga: Namanya Kerap Disebut oleh Gibran, Ternyata Ini Sosok Tom Lembong

Selanjutnya, platform media sosial menjadi sumber informasi utama bagi sebagian besar masyarakat. Dalam ranah online ini, terjadi diskusi dinamis dan pertukaran wawasan politik. Selain itu, keluarga, lingkungan sosial, kegiatan kampanye, dan komunitas juga turut memainkan peran penting dalam membentuk pandangan pemilih terhadap kandidat. 

Namun, skeptisisme tetap muncul di kalangan kedua generasi dikarenakan narasi pemberitaan di media massa, observasi langsung, dan diskusi lokal termasuk dengan keluarga, kolega, dan teman.

Kesenjangan antara realita dan janji kampanye, kampanye yang dianggap tidak sehat, serta kurangnya transparansi informasi menjadi faktor utama yang memicu skeptisisme ini. Dampaknya, muncul partisipasi selektif dalam pemilu dan pertimbangan untuk golput.

"Selain perbedaan generasional, faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan pemilih antara lain status sosial-ekonomi, suku dan budaya, tingkat pendidikan, dan usia. Setiap faktor ini memiliki dampak unik dalam membentuk preferensi politik dan perilaku pemilih. Dalam menyongsong pemilu yang akan datang, pemahaman mendalam terhadap perbedaan aspirasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilih menjadi kunci strategis bagi para kandidat dan tim kampanye mereka," paparnya.

Dengan demikian, dapat diciptakan pendekatan yang lebih tepat sasaran untuk mencapai dukungan yang lebih luas dari masyarakat Indonesia.

Menurut data Populix, kualitas kepemimpinan (82%), visi dan kebijakan yang jelas (76%), kecerdasan (76%), kemampuan memecahkan masalah (72%), dan integritas (69%) menjadi karakteristik utama yang dinilai oleh pemilih.

Kualitas kepemimpinan, kecerdasan, serta visi dan kebijakan yang jelas sangat diutamakan oleh kalangan menengah dalam memilih seorang presiden. Di sisi lain, masyarakat Chinese-Indo dan non-Muslim mencari presiden yang dapat diandalkan, tanpa memandang agama atau ras.

Baca Juga: Menghitung Hari, Ini Cara Mudah Mencoblos di Pemilu 2024, Hanya 5 Menit

Lalu, ekspektasi masyarakat Indonesia terhadap berbagai isu tanah air tercermin melalui data survei yang mengungkap permasalahan terbesar di Indonesia dari sudut pandang responden.

Pemberantasan korupsi mendominasi dengan 33%, diikuti oleh peningkatan kualitas hidup (21%), menciptakan lapangan kerja (19%), dan meningkatkan standar pendidikan (12%). Dalam pemilu presiden, 24% responden menganggap ekonomi dan pembangunan sebagai isu utama, diikuti oleh korupsi (19%) dan pendidikan (11%).

"Terdapat beberapa sarana bagi pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dan pemerataan ekonomi termasuk meningkatkan lapangan kerja berkualitas (81%), akses terhadap pendidikan dan pelatihan (76%), serta aksesibilitas layanan kesehatan (65%). Kesetaraan sosial, keragaman, dan inklusi budaya juga menjadi sorotan, dengan 24% responden menyarankan penciptaan lingkungan yang lebih inklusif dan adil," urai Vivi.

Ketika membahas kesempatan kerja dan peluang ekonomi bagi generasi muda, 83% responden berharap pemerintah dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Sebanyak 72% memandang pentingnya transparansi dan akuntabilitas pemerintah, dengan harapan agar pemerintah dapat bersih dari korupsi. 

Peran inovasi dan teknologi dalam membentuk masa depan Indonesia juga ditekankan. 65% responden melihat inovasi dan teknologi sebagai sarana untuk membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan kualitas hidup. Meskipun demikian, 67% responden mengakui potensi ancaman seperti pelanggaran privasi data dan penyebaran misinformasi.

Baca Juga: Prediksi Sinarmas Sekuritas Terkait Tantangan Ekonomi 2024 dan Peluang Jelang Pemilu

Sementara itu, isu lingkungan yang dianggap mendesak untuk ditangani oleh presiden termasuk polusi udara (82%), pengolahan limbah (78%), antisipasi banjir (64%), dan kerusakan serta kebakaran hutan (57%). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×