kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonomi lambat, realisasi pajak baru 75%


Minggu, 18 November 2012 / 21:24 WIB
Ekonomi lambat, realisasi pajak baru 75%
ILUSTRASI. Sampah Skincare


Reporter: Herlina KD |

JAKARTA. Perlambatan ekonomi berdampak pada penerimaan perpajakan. Hingga 31 Oktober 2012 realisasi penerimaan perpajakan baru Rp 767,8 triliun atau 75,5% dari target APBNP 2012 yang sebesar Rp 1.016,2 triliun. Dari jumlah itu, penerimaan pajak dalam negeri realisasinya sebesar Rp 726,3 triliun atau 75% dari target APBNP 2012. Meski begitu, Direktorat Jenderal Pajak optimis target penerimaan perpajakan tahun ini bakal tercapai.

Data Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan mengungkapkan per 31 Oktober 2012 realisasi penerimaan pajak dalam negeri sebesar Rp 726,3 triliun atau 75% dari target APBNP 2012 yang sebesar Rp 968,3 triliun. Realisasi ini di antaranya terdiri dari pajak penghasilan (PPh) sebesar Rp 378,5 triliun (73,7%) dari target APBNP 2012 yang sebesar Rp 513,7 triliun, Pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 258,8 triliun (77%) dari target dan pajak bumi dan bangunan (PBB) sebesar Rp 8,1 triliun (27,3%) dari target APBNP 2012.

Dari realisasi penerimaan PPh yang sebesar Rp 378,5 triliun, realisasi PPh migas tercatat sebesar Rp 67,4 triliun (99,3%) dari pagu APBNP 2012 sebesar Rp 67,9 triliun. Sedangkan realisasi PPh non migas sebesar Rp 311,1 triliun (69,8%) dari target APBNP 2012 sebesar Rp 445,7 triliun.

Lebih rendah dari tahun lalu

Direktur Jenderal Pajak Fuad Rachmany mengungkapkan, dibanding tahun sebelumnya realisasi penerimaan pajak memang sedikit lebih rendah. Penyebabnya, "Kelambanan ekonomi global dan jatuhnya harga komoditas pertambangan mempengaruhi penerimaan pajak sektor itu," katanya awal pekan lalu.

Meski begitu, ia optimis target penerimaan perpajakan tahun ini masih bisa diselamatkan. Pasalnya, meski dari sisi PPh mengalami penurunan, namun dari sisi PPN terjadi kenaikan penerimaan yang cukup bagus. Menurut Fuad, Ditjen Pajak juga melakukan gebrakan dengan memperbaiki administrasi perpajakan sehingga bisa menyelamatkan penerimaan PPN.

Fuad mengakui, masih rendahnya realisasi penerimaan pajak saat ini adalah karena realisasi PBB yang agak terlambat masuknya. Per 31 Oktober 2012 realisasi penerimaan PBB baru Rp 8,1 triliun atau 27,3% dari target APBNP 2012 sebesar Rp 29,7 triliun. "Ada kelambatan administrasi yang membuat (pencatatan) realisasi  PBB agak terlambat. Tapi sampai akhir tahun diperkirakan penerimaan PBB sudah masuk (seluruhnya)," ungkapnya.

Pengamat Perpajakan Gunadi mengungkapkan meski agak melambat, namun ia masih optimis target penerimaan pajak tahun ini bisa tercapai. Dengan catatan, Ditjen Pajak harus ekstra kerja keras. "Kalaupun meleset hanya sekitar 5%," ujarnya Minggu (18/11).

Ia beralasan, berdasarkan siklus pajak biasanya penerimaan pajak akan mengalami masa-masa puncak yaitu April, November dan Desember. Nah, untuk tahun ini masih ada dua bulan masa puncak yaitu November dan Desember yang merupakan akhir tahun anggaran proyek, sehingga ada setoran pungutan dari bendaharawan baik di pusat maupun daerah.

Menurut Gunadi masih ada beberapa sektor pajak yang bisa dioptimalkan. Di antaranya pajak pertambahan nilai untuk sektor otomotif dan sektor properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×