Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Harris Hadinata
JAKARTA. Ekonom menilai positif rencana pemerintah meningkatkan utang negara. Tapi, para ekonom juga memberi catatan atas rencana pemerintah menambah utang tadi.
Ekonom Senior Bank Mandiri Andry Asmoro berpendapat, penambahan utang tidak menjadi masalah apabila digunakan untuk hal produktif. Apalagi pemerintah mempunyai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yaitu 5,8%. Karena itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan infrastruktur harus dilakukan.
Investor pun akan menilai positif rencana penambahan utang untuk pengembangan infrastruktur tersebut. "Kalau berutang untuk pembayaran utang lagi tentu tidak baik," ujar Andry ketika dihubungi KONTAN, Senin (12/1).
Dalam hal strategi penerbitan utang, ia menyarankan akan lebih baik apabila pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) saja. Dengan menerbitkan SBN, pemerintah dapat mengatur sendiri tenor ataupun imbal hasilnya. Sedangkan apabila melalui pinjaman multilateral ataupun bilateral, pemerintah tidak dapat melakukannya. Andry juga menyebut strategi front loading atau pencetakan utang di awal adalah strategi yang baik untuk bisa mengantisipasi kenaikan suku bunga Amerika pada semester kedua 2015.
Sebelumnya, pemerintah berniat menambah penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 31 triliun menjadi Rp 308 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015 Alhasil, penerbitan utang secara keseluruhan yaitu gross akan naik dari Rp 431 triliun menjadi Rp 460 triliun.
Penambahan ini dilakukan karena pemerintah akan menambah suntikan modal dalam Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 37 triliun. Suntikan PMN ini naik sangat tinggi dari sebelumnya hanya Rp 7,32 triliun dalam APBN 2015. Suntikan ini akan diberikan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang khususnya bergerak pada sektor infrastruktur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News