kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.219   -39,00   -0,24%
  • IDX 7.104   7,24   0,10%
  • KOMPAS100 1.061   -1,37   -0,13%
  • LQ45 835   -0,87   -0,10%
  • ISSI 215   0,34   0,16%
  • IDX30 426   -0,30   -0,07%
  • IDXHIDIV20 514   0,72   0,14%
  • IDX80 121   -0,16   -0,13%
  • IDXV30 125   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 142   0,02   0,02%

Ekonom proyeksi neraca dagang di Januari surplus


Selasa, 25 Februari 2014 / 19:21 WIB
Ekonom proyeksi neraca dagang di Januari surplus
ILUSTRASI. 20 Quotes yang Bisa Menginspirasi Anda saat Memulai Bisnis dari Pebisnis Ulung Dunia. Foto: Jeff Bezos. (Photo By Paul Souders/Getty Images)


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Keberlanjutan neraca dagang yang mengalami surplus di tahun 2014 masih menjadi pertanyaan. Kinerja ekspor mineral mentah atawa ore yang melesat naik di akhir tahun 2013 akibat antispasi pelarangan, diperkirakan melorot di Januari 2014.

Sejumlah ekonom melihat potensi surplus neraca dagang tetap akan berlanjut di Januari. Hanya saja surplusnya tidak seperti Desember 2013 yang berhasil menembus US$ 1,54 miliar.

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto melihat, potensi surplus Januari akan berada kurang lebih di US$ 1 miliar. Hal ini dikarenakan sudah banyak perusahaan lama dan baru yang beroperasi dan membutuhkan impor bahan baku dan bahan penolong. Sedangkan kinerja ekspor belum signifikan, akibatnya surplus yang terjadi tidak besar.

Menurut Ryan, di triwulan I 2014 neraca dagang masih akan surplus. Baru kemudian di triwulan II ada potensi untuk defisit karena sudah mendekati pemilu legislatif dan presiden. Pasalnya, permintaan barang impor tinggi. "Kecuali ekspor bisa digenjot habis-habisan di triwulan II," ujar Ryan, Selasa (25/8).

Kepala Ekonom BII Juniman menilai, potensi surplus Januari hanya sekitar US$ 500 juta. Surplus yang rendah ini dikarenakan ekspor ore menurun tajam. Juniman menghitung ekspor ore di Januari akan berkisar US$ 300 juta dari sebelumnya di Desember 2013 mencapai hampir US$ 1 miliar.

Dia menekankan, pada paruh pertama 2014 peluang surplus masih ada. Selanjutnya, di paruh kedua akan ada tekanan neraca dagang. Tekanan ini datang dari kondisi rupiah yang diperkirakan membaik di level 11.000-11.500.

Nah, dampak rupiah menguat adalah impor yang kembali aktif. Terutama impor migas yang punya peran penting, seiring dengan meningkatnya penjualan mobil dan motor dan ini harus diwaspadai.

Di sisi lain, Ekonom Standard Chartered Eric Sugandhi berpendapat surplus yang masih terjadi di Januari lebih akibat impor yang melambat. Pergerakan rupiah yang melemah di Januari yaitu berkisar di 12.000 membuat perusahaan menurunkan aktivitas impornya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×