Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Selama Januari kemarin, pemerintah jor-joran mencetak utang. Namun, mulai akhir Februari nanti, pemerintah bakal lebih kalem menerbitkan surat utang.
Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan, tingginya pencetakan utang di awal tahun akibat penerbitan global bonds senilai US$ 4 miliar. Selain itu, pemerintah mempunyai utang jatuh tempo sebesar US$ 2 miliar yang harus dibayar di akhir Februari.
"Sehingga kita harus cari uangnya," ujar Robert, Rabu (12/2). Karena itu Robert menjelaskan di Februari, Maret, dan bulan-bulan selanjutnya pemerintah tidak akan menggas penerbitan utang seperti yang dilakukan di Januari.
Menurut Robert, pemerintah bakal menutup pertengahan tahun 2014 dengan sudah menerbitkan surat utang global (global bonds) per Januari lalu, Sukuk Ritel, serta euro bonds. Sekadar informasi, Sukuk Ritel akan mulai ditawarkan Jumat (14/2) sehingga dicatat pada awal Maret. Sedangkan kepastian penerbitan eurobonds masih belum ada.
Barulah, di paruh kedua 2014, pemerintah berencan mengeluarkan Sukuk berdenominasi dollar Amerika Serikat dan samurai bonds berdenominasi yen. Laku tidaknya surat utang Indonesia ini, menurut Robert, sangat tergantung dari data perkembangan ekonomi yang rilis ke pasar.
Inflasi yang terkendali, pertumbuhan ekonomi 2013 yang positif, serta neraca dagang triwulan IV yang surplus diharapkan memberi berita positif bagi pasar. Dengan begitu pembiayaan melalui utang diharapkan bisa mencapai target.
Sekadar informasi, tahun ini pemerintah berencana merilis utang baru sebesar Rp 205,07 triliun. Di bulan Januari, pembiayaan Surat Berharga Negara (SBN) yang dirilis sudah mencapai Rp 80,95 triliun, atau sekitar 39,5% dari target tersebut. Surat utang ini merupakan salah satu instrumen memenuhi target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News