Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi dalam rangka menjaga stabilitas pasar dan nilai tukar rupiah dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 100 triliun dari awal Januari hingga Kamis (27/2).
Menurut Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi, nilai intervensi yang dikeluarkan BI untuk upaya stabilitas ini sudah dalam nilai yang besar. "Itu besar, sekitar US$ 7 miliar," kata Eric kepada Kontan.co.id, Minggu (1/3).
Baca Juga: Virus corona belum kunjung reda, rupiah bisa memperpanjang pelemahan
Bahkan, Eric yakin bahwa BI masih akan melanjutkan intervensi dalam membeli SBN yang dijual oleh investor, sekaligus untuk menjaga stabilitas harga SBN. Tentunya BI akan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Selain itu, BI juga diperkirakan masih akan melanjutkan intervensi di pasar valuta asing (valas) untuk memperkecil volatilitas rupiah serta memperketat pengawasan pelaporan transaksi pembelian valas untuk mencegah spekulasi.
Akan tetapi, Eric melihat bahwa dengan masih berlangsungnya wabah virus corona, rupiah dan mata uang emerging markets masih beresiko tertekan. Untuk itu, Eric pun memprediksi untuk beberapa hari ke depan, rupiah masih akan bergerak di kisaran Rp 14.100-Rp 14.400 per dolar AS.
Kabar baiknya, Eric melihat bahwa rupiah masih memiliki peluang untuk menguat di akhir tahun 2020. Bahkan, ia juga yakin rupiah di akhir tahun bisa di level Rp 14.100 per dolar AS.
Baca Juga: Penyebaran virus corona merata, mengapa rupiah justru paling babak belur?
"Ini karena saya melihat resiko rupiah bisa tertekan sebelum akhirnya menguat menjelang akhir tahun. Namun, rata-rata tahunannya masih di Rp 14.300 per dolar AS," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News