Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arus masuk modal asing (capital inflow) pada portofolio domestik yang positif menopang cadangan devisa (cadev) Indonesia sepanjang Juni lalu. Namun, kondisi cadev rentan terhadap sentimen asing yang bisa memicu arus keluar modal sewaktu-waktu.
Bank Indonesia (BI), Jumat (5/7), melaporkan cadangan devisa Juni 2019 sebesar US$ 123,8 miliar, meningkat US$ 3,5 miliar dibandingkan posisi Mei 2019 yang sebesar US$ 120,35 miliar.
Selain adanya capital inflow, kenaikan cadev juga didukung oleh penarikan utang oleh pemerintah melalui surat berharga negara (SBN) berdenominasi valas yang masing-masing sebesar 750 juta dollar Amerika Serikat (AS) dan 750 juta euro.
“Inflow di obligasi dan saham cukup deras terutama pasca pengumuman kenaikan rating utang Indonesia oleh S&P, tambah lagi ketidakpastian politik pascapemilu juga sudah mereda sehingga kepercayaan investor bertambah,” ujar Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual.
Sentimen positif juga tecermin dari posisi nilai tukar rupiah yang sore ini ditutup menguat ke level Rp 14.082 per dollar AS atau menguat 0,37% dibandingkan hari sebelumnya. Di tengah pelemahan sebagian besar mata uang Asia, rupiah justru bullish.
David menilai, sentimen positif dari data-data ekonomi domestik menjadi faktornya. Selain kenaikan cadev, tingkat inflasi Juni yang rilis di awal pekan juga masih sesuai dengan ekspektasi pasar.
Kendati begitu, posisi cadev dan nilai tukar rupiah belum sepenuhnya aman. Sebab, kekuatan keduanya sangat bergantung pada arus keluar masuknya modal asing ke pasar domestik. Sementara, sentimen global sangat dinamis terutama terkait dengan ketegangan perang dagang dan geopolitik.
“Masih cenderung rentan. Defisit transaksi berjalan juga kemungkinan besar masih besar defisitnya, di sekitar 3% dari PDB untuk kuartal kedua tahun ini,” lanjut David.
Kalaupun neraca pembayaran Indonesia mengalami surplus seperti proyeksi BI, David menilai, hal itu juga faktor aliran modal di portofolio. Di sisi neraca perdagangan barang dan jasa, belum ada perbaikan yang signifikan.
Cadev bulan selanjutnya diproyeksi David berpeluang kembali meningkat, selama sentimen global masih cukup stabil dan positif seperti saat ini. Toh, masa rentan cadangan devisa biasanya memang berada di kuartal kedua yang sudah berlalu.
Inflow pun masih terlihat mengalir di awal bulan Juli ini. Lelang SBN pada 2 Juli kemarin, misalnya, mengalami penawaran hingga Rp 62 triliun dari target indikatif pemerintah yang hanya Rp 15 triliun. “Minat asing memang masih besar sehingga inflow masih akan terjaga sampai bulan-bulan ke depan,” kata David.
Sementara, BI mencatat, arus masuk modal asing per 4 Juli lalu sebesar Rp 170,1 triliun, terdiri dari arus modal ke SBN sebesar Rp 98,5 triliun dan ke saham sebesar Rp 71,5 triliun.
"Terus masuknya portofolio ke Indonesia menunjukkan confidence pasar maupun investor terhadap prospek ekonomi dan kebijakan yg ditempuh pemerintah, BI, OJK, serta terhadap imbal hasil investasi di Indonesia,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Jumat (5/7).
Adapun, secara keseluruhan, Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksi posisi cadev Indonesia di akhir tahun akan lebih tinggi daripada 2018, yaitu mencapai US$ 125 miliar hingga US$ 130 miliar.
“Ini seiring dengan meredannya tekanan pada pasar keuangan global dibandingkan tahun lalu, termasuk sinyal The Fed yang lebih dovish, yang menjadi katalis bagi capital inflow,” ujar Andry, Jumat (5/7).
Di sisi lain, ancaman risiko masih ada yaitu berasal dari pelemahan ekonomi global serta ketidakpastian perang dagang yang akan sangat mempengaruhi kondisi neraca perdagangan Indonesia.
Dari sisi nilai tukar rupiah, David memandang, pergerakan kurs masih akan terbuka pada rentang yang cukup lebar. Meski kini tren rupiah bullish, namun ia masih mematok posisi nilai tukar di akhir tahun pada rentang Rp 14.000 hingga Rp 14.500 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News