Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sejumlah komoditas terlihat meroket sepanjang tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang turut mendorong permintaan terhadap sejumlah komoditas.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan harga Crude Palm Oil (CPO) akan menembus MYR atau mata uang ringgit Malaysia sebesar 5.000 sampai 5.100 per ton dalam waktu dekat.
“Setidaknya akhir tahun rekor terus tercatat karena adanya kenaikan yang cukup tinggi dari sisi permintaan,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Kamis (7/10).
Bhima mengatakan, pemicu kenaikan harga komoditas tersebut karena krisis energi yang akhirnya mendorong alternatif minyak dan batubara yakni biofuel juga diminati.
Baca Juga: Kekhawatiran inflasi dari krisis energi jadi sentimen positif buat harga emas
Bagi negara yang sedang mengalami kekurangan stok batubara, opsinya hanya melakukan shutdown untuk kurangi konsumsi energi atau memaksa beralih ke sumber energi lain.
Selain itu, Bhima bilang, biofuel ada diurutan setelah batubara. Selain itu faktor recovery di sektor makanan minuman khususnya India, China serta Jepang juga mendorong permintaan minyak nabati dalam jumlah yang besar.
Sementara itu, di sisi lain harga batubara diperkirakan masih fluktuatif, dan masih menunggu respon pemerintah di China dan beberapa negara Eropa terkait krisis energi.
“Tidak menutup kemungkinan harga batubara acuan di pasar ICE Newcastle akan bertahan dengan estimasi sekitar US$ 250 sampai US$ 270 per ton.
Selanjutnya: Harga CPO meroket, ini kata Sampoerna Agro (SGRO)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News